Oleh: Nurul Kurniasih, SST
Statistisi Muda pada Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Pekalongan
“CHOOSE to Challenge”, menjadi tema Hari Perempuan Internasional tahun ini yang diperingati setiap tanggal 8 Maret. Laman international womens day mengajak semua orang untuk mengangkat telapak tangan setinggi-tingginya dan menunjukkan lewat potret di media sosial. Hal ini sebagai tanda keikutsertaan dan komitmen untuk menentang serta menyerukan ketidaksetaraan gender. Hari Perempuan Internasional adalah sebuah perayaan kesetaraan gender di berbagai bidang, meliputi sosial, ekonomi, kebudayaan, politik dan lain sebagainya. Momen ini dimulai pada tahun 1908 ketika para buruh perempuan di New York melakukan demo menyuarakan hak mereka tentang peningkatan standar upah dan pemangkasan jam kerja. Sejak saat itu, setiap 8 Maret seluruh penjuru dunia memperingatinya sebagai Women International Day.
Membahas tentang perempuan, orang Indonesia pasti langsung teringat pada Raden Ajeng Kartini. Beliau adalah pahlawan nasional yang memperjuangkan hak-hak kaum perempuan pada masanya. Kala itu perempuan dianggap hanyalah golongan kelas 2 yang lemah, dibatasi pergerakannya untuk maju. Perempuan Indonesia ketika itu identik dengan ‘macak, masak, manak’, alias berdandan, memasak dan melahirkan saja. Raden Ajeng Kartini berjuang untuk melunturkan kepercayaan itu di tengah masyarakat. Beliau berjuang agar perempuan-perempuan Indonesia bisa mengenyam pendidikan yang layak dan bisa berkiprah selayaknya laki-laki.
Meskipun berat, perjuangan Raden Ajeng Kartini yang saat itu ibarat “menentang matahari” berakhir dengan hasil yang manis. Saat ini, banyak bermunculan tokoh-tokoh perempuan luar biasa di Indonesia yang bukan hanya berkiprah di nusantara tapi juga di dunia internasional. Salah satu srikandi Jawa Tengah, Sri Mulyani Indrawati, merupakan salah satu tokoh perempuan hebat Indonesia. Menteri Keuangan Republik Indonesia yang pernah dipercaya sebagai wanita pertama di Indonesia bahkan di dunia yang menjadi Direktur Bank Dunia (World Bank) pada periode Juni 2010 hingga Juli 2016. Berkat pemikiran dan strategi ekonomi beliau, perekonomian Indonesia bisa tetap bertahan stabil di kala dunia sedang mengalami krisis ekonomi berat tahun 2008 lalu.
Karena kiprahnya yang luar biasa, beliau pernah dinobatkan menjadi Menteri Keuangan Terbaik di Asia pada tahun 2006 oleh Emerging Markets, terpilih menjadi wanita paling berpengaruh ke-2 di Indonesia versi majalah Globe Asia pada tahun 2007, dan menjadi wanita paling berpengaruh ke-23 di dunia versi majalah Forbes tahun 2008. Berikutnya pada tahun 2018 Sri Mulyani juga mendapatkan penghargaan dari majalah Finance Asia, Hongkong sebagai Menteri Keuangan terbaik se-Asia Pasifik. Pada tahun yang sama beliau juga mendapatkan penghargaan Menteri Terbaik di Dunia pada World Government Summit yang diselenggarakan di Dubai, Uni Emirat Arab.
Dan pada tahun 2019 Menteri Keuangan Republik Indonesia ini menyabet penghargaan Asian Business Leadership Forum (ABLF) Statesperson Award di Dubai. Penghargaan ini diberikan kepada pemimpin teladan di pemerintahan dan pelayanan publik yang berinovasi, dan bisa mendukung pengembangan masyarakat dan negara yang berkelanjutan serta kepada sosok yang mampu membantu membentuk kebijakan pemerintah yang proaktif dan positif.
Tak kalah dari Sri Mulyani, Jawa Tengah juga memiliki Septi Peni Wulandani, tokoh perempuan yang menjadi founder komunitas Ibu Profesional. Sebuah komunitas yang telah dinobatkan menjadi The Most Influence Community pada tahun 2017 versi koran Jawa Pos. Komunitas yang didirikan beliau saat ini sudah memiliki puluhan ribu anggota yang tersebar di seluruh pelosok nusantara bahkan hingga luar negeri. Melalui komunitas ini, Ibu Septi mendidik dan berbagi ilmu kepada perempuan-perempuan Indonesia agar mampu berubah untuk dirinya sendiri hingga nantinya akan mampu merubah keluarganya menjadi agen perubahan masyarakat di sekitarnya.
Diharapkan seorang ibu bangga akan posisinya sebagai ibu, mendidik anak dengan sepenuh hati, cekatan dalam mengurus manajemen keluarganya, bisa mandiri secara finansial serta bermanfaat lebih pada masyarakat. Tidak hanya sebagai founder komunitas besar Ibu Profesional, beliau juga founder Jarimatika, sebuah metode belajar matematika, founder Abaca baca, dan founder Jari Qur’an. Beliau juga pendiri Padepokan Lebah Putih di Salatiga, sebuah sekolah ramah anak dan juga pendiri Komunitas Belajar Cantrik yang menjadi kumpulan orang tua dengan anak homeschooling. Semangat beliau tak pernah padam untuk berbagi ilmu agar perempuan Indonesia bisa menjadi pilar keluarga tangguh dan menjadi pendidik terbaik generasi penerus bangsa.
Jawa tengah perlu berbangga memiliki aset berharga, tokoh-tokoh perempuan yang luar biasa. Jawa tengah juga perlu berbangga karena jumlah sarjana perempuan lebih banyak dari laki-laki. Jika dilihat dari data Badan Pusat Statistik, tercatat bahwa 5,45 persen perempuan berusia 15 tahun ke atas di Jawa Tengah tahun 2020 memiliki ijasah S1 ke atas. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki berusia 15 tahun ke atas, yaitu 5,27 persen saja. Dilihat dari sisi kesehatan, Usia Harapan Hidup (UHH) perempuan di Jawa Tengah juga lebih tinggi dari laki-laki. Perempuan memiliki Usia Harapan Hidup hingga 76,30 tahun sedangkan laki-laki memiliki angka yang lebih rendah yaitu 72,51 tahun. Hal ini mencerminkan bahwa tingkat kesehatan perempuan Jawa Tengah lebih baik dibandingkan laki-laki.
Tapi sayangnya jika dilihat dari angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) secara umum, IPM perempuan masih lebih rendah dari laki-laki. IPM perempuan sebesar 69,94 dan IPM laki-laki sebesar 75,87. Hal ini disebabkan oleh nilai Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) yang lebih rendah. Laki-laki menjalani pendidikan formal lebih lama dari perempuan pada tahun 2020 yaitu selama 8,16 tahun sedangkan perempuan hanya selama 7,24 tahun. Selain itu IPM perempuan yang lebih rendah juga disebabkan oleh daya beli perempuan lebih rendah dari laki-laki yaitu sebesar 9.724.000 per orang per tahun. Angka ini menandakan bahwa perlu upaya lebih dari pemerintah untuk mendorong angka IPM perempuan agar meningkat di tahun-tahun berikutnya. Pemberian beasiswa pendidikan khusus perempuan, pengadaan pelatihan kerja yang banyak mengakomodir ketrampilan-ketrampilan perempuan, dan juga menyediakan lapangan kerja yang lebih luas untuk kaum perempuan.
Meski begitu upaya yang dilakukan pemerintah Jawa Tengah dalam pembangunan gender selama ini sudah semakin membaik. Angka Indeks Pembangunan Gender (IPG) meningkat dari tahun ke tahun, di mana pada 2019 sebesar 91,89 dan meningkat menjadi 92,18 pada tahun 2020. Hal ini menunjukkan bahwa kesenjangan pembangunan antara laki-laki dan perempuan semakin rendah. Tingkat kesenjangan pembangunan gender semakin tipis, kesempatan perempuan untuk berperan dalam berbagai bidang semakin terbuka lebar. “Choose to Challenge”, semangat agar perempuan di dunia saling memberikan dukungan bagi perempuan lain untuk lebih maju. Semangat, perempuan Indonesia harus lebih berdaya dan lebih bahagia. Jatengdaily.com–st
GIPHY App Key not set. Please check settings