in ,

Stadion Sriwedari Solo; Sejarah PON I dan Haornas

SOLO (Jatengdaily.com) – Hari ini, 9 September 2021, Indonesia memperingati Hari Olahraga Nasional (Haornas) yang ke-38. Bertepatan dengan peringatannya, pemerintah meluncurkan DBON (Desain Besar Olahraga Nasional), yang diharapkan bisa menjadi jaminan untuk prestasi olahraga Tanah Air.

Melihat ke belakang sejarah peringatan Haornas, tentu tak lepas dari Kota Solo. Peringatan Haornas pertama kali dicanangkan Presiden Soeharto pada 9 September 1983 di Stadion Sriwedari. Ini juga menandai diresmikannya Stadion Sriwedari setelah dilakukan pemugaran.

Sedangkan tanggal 9 September yang ditetapkan sebagai Haornas juga untuk mengingat penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) I di Kota Solo pada 9-12 September 1948. Penyelenggaraan PON ini berawal dari kegagalan Indonesia mengikuti Olimpiade di London tahun 1948, karena saat itu kemerdekaan dan kedaulatan Indonesia belum diakui dunia. PON I diikuti sekitar 600 atlet dengan sembilan cabang olahraga.

Stadion Sriwedari memiliki sejarah penting terhadap dunia olahraga Indonesia. Bahkan oleh Kemdikbud dicatat sebagai situs cagar budaya nasional pada 2017 lalu.

Sejarahnya, Stadion Sriwedari dibangun atas usul dari R.M.T Wongsonegoro kepada Raja Paku Buwono X. Dilansir laman kemdikbud.go.id, usul ini mengemuka karena Wongsonegoro melihat perlakuan yang tidak adil terhadap atlet sepakbola yang pada saat itu hanya boleh bermain sepakbola di lapangan Alun-alun Kidul, tanpa alas kaki.

Menanggapi usulan tersebut, pada tahun 1932, Sri Susuhunan Paku Buwono X dari Keraton Kasunanan Surakarta berinisiatif untuk membangun sebuah stadion untuk kegiatan olahraga kerabat Keraton dan kalangan pribumi. Stadion ini merupakan stadion pertama yang dibangun oleh bangsa Indonesia. Sedangkan stadion-stadion lain saat itu dibangun oleh orang Belanda.

Keraton Kasunanan menunjuk Mr. Zeylman dan R. Ng. Tjondrodiprodjo untuk merencanakan dan melaksanakan pembangunan Stadion Sriwedari. Di dalam kompleks Taman Sriwedari kemudian dibangun sebuah stadion pada tahun 1932 dan selesai dalam waktu 8 bulan dengan biaya 30.000 gulden dengan 100 orang pekerja. Setelah berbagai proses perencanaan dan pembangunan, Stadion Sriwedari ini selesai dibangun pada tahun 1933.

Peresmian Stadion Sriwedari dilakukan oleh G.P.H Hargopalar atas nama Sri Susuhunan. Bangsa Belanda meminta agar bisa menggunakan stadion megah tersebut. Akhirnya terpaksa Persatuan Sepakbola Indonesia Solo (PERSIS) dan anggotanya hanya bisa menggunakan stadion tersebut pagi dan sore, sedangkan pada malam hari menjadi hak Voetbal Bond Soerakarta (Klub Sepakbola Orang Belanda di Surakarta).

Pada tanggal 9-12 September 1948 Stadion Sriwedari dijadikan sebagai tempat pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional (PON) pertama. Kemudian tahun 1983 stadion ini juga menjadi tempat dicanangkannya Hari Olahraga Nasional oleh Presiden Soeharto. Hingga kini, setiap tanggal 9 September diperingati sebagai Hari Olahraga Nasional.

Pada tanggal 4 Agustus 2003, pemerintah Kota Solo yang dipimpin oleh wali kota Slamet Suryanto mengubah nama Stadion Sriwedari menjadi Stadion R Maladi sebagai penghormatan atas jasa-jasanya sebagai pemimpin Tentara Pelajar dalam pertempuran melawan Belanda. Dengan alasan sejarah dan legalitas nama Stadion R Maladi kembali menjadi Stadion Sriwedari Solo. yds

Written by Jatengdaily.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

GIPHY App Key not set. Please check settings

Mahasiswa Undip Gagas Mitigasi Ternak saat Bencana, Berbasis Identitas Sidik Moncong

Polda Jateng Selidiki Pencemaran Sungai Bengawan Solo