in

Generasi Muda Harus Berani Lestarikan Budaya Bangsa

Seni Barongan dari Sanggar Cahyo Utomo Kuncir Wonosalam dan Tari Zippin dari Bonang ditampilkan mengawali dialog parlemen, yang mengusung tema 'Nguri-nguri Budaya Tradisional Jawa Tengah. Foto: sari

DEMAK (Jatengdaily.com)- Pemuda masa kini jangan pernah enggan mempelajari dan mengenalkan seni budaya tradisional warisan leluhur. Sebaliknya, generasi Z harus berani dan semangat melestarikannya, karena budaya adalah jati diri bangsa.

Pada dialog parlemen dengan tema ‘Nguri-nguri Budaya Tradisional Jawa Tengah’ di Gedung Kesenian Tembiring Jogo Indah, Anggota Komisi C DPRD Jateng Denny Nurcahyanto mengatakan, perlu adanya kolaborasi provinsi dan kabupaten dalam upaya mensupport generasi muda agar mau mengenal dan mempelajari seni budaya tradisional, seperti tari zippin dan seni barongan khas Demak.

Alasannya, di tengah gilasan kemajuan teknologi, generasi muda cenderung mudah terbawa pengaruh budaya asing. Sementara seni budaya tradisional ditinggalkan, sehingga lambat laun punah.

“Maka itu saya mendukung apa pun yang menjadi ikon daerah. Agar seni budaya khas nusantara yang ada bisa muncul dan dikenal masyarakat. Utamanya para generasi muda, calon pemimpin bangsa, jangan terlena gadget, sehingga mereka melupakan buaya leluhur. Karenanya setiap ke daerah saya selalu mengingatkan pentingnya ‘jasmerah’, alias jangan sampai lupa pada sejarah, ” ujar wakil rakyat dari Fraksi PDIP itu, Sabtu (12/11/2022).

Pada saat sama Bupati Demak dr Hj Eisti’anah menuturkan, seni budaya tradisional dapat bersanding dengan kehidupan masyarakat Kota Wali yang religius, karena sejak dulu pula Sunan Kalijaga menyebarkan Islam di Jawa bermediakan seni budaya lokal, salah satunya seperti wayang kulit. “Bahkan tembang Lir Ilir yang mengiringi tari zippin merupakan ciptaan Sunan Kalijaga, yang sejatinya bermakna perjalanan spiritual seorang insan mengenal Sang Khaliq,” urainya.

Sedangkan sebagai wujud dukungan pemerintah daerah pada pelestarian seni budaya yang menjadi ikon daerah, menurut bupati, dengan menfasilitasi dan sering melibatkan para pelaku seni dalam even-even resmi antar-pemerintah daerah. Di samping memberi kesempatan tampil menghibur masyarakat, seperti rutin digelar Dinas Pariwisata berkoordinasi Dinas Kominfo di panggung seni Tembiring Creative Fun (TCF) setiap Minggu.

“Di panggung TCF para penggiat seni mendapatkan kesempatan tampil, utamanya setelah dua tahun terbelenggu covid-19. Alhamdulillaah respon positif datang dari sejumlah kalangan, termasuk masyarakat yang sepakat mendukung upaya pemerintah nguri-uri seni tradisional. Termasuk seni barongan dan tari zipin yang masyur sebagai ikon budaya Demak,” kata bupati.

Pendapat senada disampaikan Tatiek Sulistijani, Ketua Komisi C DPRD Kabupaten Demak yang juga Ketua Komite Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (KORMI) Kabupaten Demak, di mana kesenian tradisional masuk dalam salah satu induk olahraga (inorga)-nya. Menurutnya, budaya termasuk identitas bangsa. Maka itu jangan sampai terhapus oleh budaya barat yang masuk lewat media sosial ataupun kemudahan teknologi lainnya.

“Sebagai wujud nyata, pada setiap kesempatan saya berusaha menggunakan kebaya pada acara-acara yang memungkinkan. Untuk menunjukkan pada masyarakat bahwa kebaya tidak membatasi gerak dan kegiatan,” ungkap politisi PDIP itu.

Tatiek juga mengajak semua komponen masyarakat mencintai budaya dari berbagai lini sesuai peran. Termasuk mengoptimalkan peran keluarga. Mulai dari menina-bobokan anak hingga ke sekolah. Setibanya di sekolah giliran peran guru dibutuhkan untuk membantu anak didik memahami seni budaya.

“Intinya bersama-sama nguri-uri budaya sesuai peran. Sehingga ketika ada keinginan, ada kemauan dan ada wadahnya. Pemda lewat support anggaran, dan kami di legislatif akan mengawalnya. Sehingga seni dan budaya tradisional Kabupaten Demak semakin maju, berkembang dan dikenal masyarakat luas,” paparnya.

Di akhir acara, ketiga narasumber sepakat, budaya sebagai identitas wajib diuri-uri atau dilestarikan. Sehingga negeri pertiwi ini tak kehilangan jati diri sebagai bangsa yang beradab dan berbudaya. “Banggalah jika kita bisa menampilkan budaya kita. Karena itu jati diri kita sebagai bangsa Indonesia,” tandas mereka. rie-she

Written by Jatengdaily.com

Woodball Kontingen Jateng Minta Dukungan Ganjar Pada Pra Porprov dan PON Aceh

Lepas Borobudur Marathon, Ganjar Janji Tambahi Rp 50 Juta bagi Pemecah Rekor Nasional