Scroll Top

Memutus Mata Rantai DBD, Puskesmas Mranggen III Giatkan G1R1J

DEMAK (Jatengdaily.com) – Meski curah hujan tak lagi tinggi, kewaspadaan masyarakat terhadap penyakit demam berdarah dengue (DBD) harus tetap dilakukan. Terlebih tak sedikit pasien tak tertolong jiwanya, akibat keterlambatan penanganan medis. Di samping korbannya pun tak memilih usia, jenis kelamin, maupun tingkat strata sosial.

Sehubungan itu, Puskemas Mranggen III kembali menggiatkan gerakan satu rumah satu jumantik (G1R1J). Sebagai upaya memutus mata rantai penularan penyakit yang disebabkan virus dengue dan disebarkan lewat nyamuk aedes aegypti.

Pada kegiatan Sosialisasi dan Refreshing Kader G1R1J, Kepala Puskesmas Mranggen III dr Haerudin menjelaskan, pengendalian demam berdarah dengue (DBD) mengedepankan aspek pemberdayaan dan peran serta masyarakat serta kemitraan multisektoral. Agar berhasil efektif, pelaksanaannya secara komperhensif dan terpadu, dengan memperhatikan ilmu pengetahuan dan tehnologi serta aspek kesehatan lingkungan.

“Strategi pengendalian DBD dan vektor penular DBD mengedepankan upaya pemberdayaan masyarakat. Di samping peran serta masyarakat diwujudkan melalui gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M Plus, dilaksanakan pula G1R1J,” terangnya, didampingi Surveilance Program DBD Puskesmas Mranggen III Sucipto SKp Ns.

Selain itu, lanjutnya, dilakukan pula penguatan sistim surveilans untuk deteksi dini. Di samping pencegahan dan pengendalian kasus KLB DBD, serta penguatan diagnostik dan penatalaksanaan penderita secara adequat di fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) sebagai upaya mencegah kematian.

Lebih lanjut disampaikan, DBD makin merebak karena beberapa hal. Antara lain karena nyamuk Aedes makin banyak, seiring kurangnya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) oleh masyarakat melalui (3M+) sehingga terjadi peningkatan kasus.

“Tercatat dari semua provinsi, sekitar 80,4% kabupaten/kota dinyatakan endemis. Kasus terjadi di musim hujan dan kemarau. Bahkan ditemukan pula di daerah dengan ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut (dpl),” bebernya.

Parahnya lagi, sejauh ini belum ada obat antivirus hingga. Selain itu penderita yang sembuh tidak memutus rantai penularan, karena masih ada nyamuk Aedes yang membawa virus. “Pada saat sama penggunaan insektisida tidak terkontrol dan cenderung berlebihan, sehingga nyamuk menjadi resisten atau semakin kebal,” imbuh dr Haerudin.

Di sini lah pentingnya penggiatan kembali G1R1J, sehingga tercipta kawasan bebas jentik. Sebab nyamuk Aedes merupakan penular utama, yang susah diberantas saat sudah menjadi nyamuk.

Upaya pencegahan dan pengendalian DBD dengan G1R1J dimulai dari masing-masing rumah tangga. Upaya pencegahan DBD akan berjalan optimal ketika tiap-tiap rumah tangga berperan, dan rutin melaksanakan PSN 3M Plus sekurang kurangnya seminggu sekali.

“Melalui refreshing kader jumantik dari desa-desa binaan yakni Banyumeneng, Batursari dan Kebonbatur, diharapkan dapat mengaktifkan kembali peran mereka sebagai supervisor dalam upaya optimalisasi G1R1J. Agar tujuan akhir pemutusan mata rantai penyebaran DBD di wilayah Puskesmas Mranggen III tercapai,” tandas dr Haerudin. rie-st

Related Posts

Privacy Preferences
When you visit our website, it may store information through your browser from specific services, usually in form of cookies. Here you can change your privacy preferences. Please note that blocking some types of cookies may impact your experience on our website and the services we offer.