SEMARANG (Jatengdaily.com)- Tim pengabdian masyarakat Program Studi (Prodi) Biologi, Fakultas Sains dan Matematika (FSM) Universitas Diponegoro (Undip) Semarang melaksanakan pengabdian masyarakat di SMKN 1 Jepara, Senin (12/9/2022) yang dihadiri sedikitnya 60 siswa.
Ketua Pengabdian Masyarakat Prof. Sapto P. Putro Ph.D mengatakan, pengabdian masyarakat ini dalam rangka menguatkan kompetensi siswa SMK dalam bidang usaha budidaya kepiting bakau (Scylla serrata) sistem selter di kawasan pesisir Jepara.
Setelah acara pemaparan dilanjutkan diskusi dan praktek lapangan di pesisir Jepara.
”Kegiatan sosialisasi materi kepada siswa-siswi dari SMK N 1 Jepara diharapkan dapat memberikan pengetahuan lebih luas terkait budidaya kepiting bakau sehingga dapat meningkatan kompetensi siswa-siswi,” kata Ketua Pelaksana Prof Sapto yang juga sebagai pendiri Center of Marine Ecology and Biomonitoring for Sustainable Aquaculture (Ce-MEBSA) Undip.
Menurut Prof Sapto, dibutuhkan aplikasi yang tepat pada budidaya kepiting bakau. Siswa-siswi SMKN 1 Jepara mendapat sosisalisasi dari tim pengabdian mengenai potensi budaya kepiting bakau dengan harapan dapat melanjutkan pengembangan budidaya kepiting bakau di SMKN 1 Jepara.
Kegiatan pengabdian masyarakat ini kemudian dilanjutkan dengan penerjunan mahasiswa ke lapangan tempat budidaya kepiting bakau tepatnya di kawasan mangrove SMKN 1 Jepara. Siswa antusias mengikuti arahan dan pembelajaran dari tim pengabdian didampingi guru SMK N 1 Jepara terkait budidaya kepiting bakau (Scylla serrata) sistem shelter.
”Kawasan mangrove di SMKN 1 memiliki potensi besar dalam pengembangan budidaya kepiting bakau karena wilayahnya berdekatan dengan ekosistem mangrove yang merupakan habitat utama bagi pertumbuhan optimal kepiting bakau. Adapun pembuatan keramba kepiting bakau sistem shelter cukup sederhana dan mudah sehingga potensi tersebut harus terus dikembangkan,” jelasnya.
Budidaya kepiting bakau sistem shelter di kawasan mangrove SMKN 1 Jepara. Foto: dok
Sementara itu, Kepala SMKN 1 Jepara Sugiyanto, S.Pd., S.ST., M.T mengatakan, keramba budidaya kepiting bakau sistem shelter di SMKN 1 Jepara masih dalam tahap percobaan. Dalam tahapan ini terdapat beberapa kendala yang menyebabkan kepiting mati.
”Substrat lumpur hitam yang ada di kawasan mangrove tempat budidaya menjadi salah satu penyebab kepiting mati, saat air teraduk keatas, lumpur hitam yang menjadi substrat akan ikut teraduk dan akan mengenai kepiting bakau sehingga dapat menyebabkan kematian. Selain itu, saat musim rob terjadi lonjakan salinitas air yang drastik menyebabkan beberapa kepiting stress dan mati,” jelasnya.
Lebih lanjut menurutnya, nilai salinitas yang berubah-ubah diperkirakan dapat mempengaruhi perkembangan kepiting. Selain itu, Kawasan mangrove SMKN 1 dekat dengan tempat aktivitas perahu nelayan. Hal ini diperkirakan dapat membuat perairan terkontaminasi bahan bakar perahu sehingga kepiting bakau tidak dapat bertahan hidup.
Oleh sebab itu, Sugiyanto menambahkan pembinaan dari tim Prodi Biologi FSM Undip melalui pengabdian ini sangat tepat guna pembinaan lebih lanjut terkait budidaya kepiting bakau di kawasan mangrove SMK N 1 Jepara.
Sementara itu, Rully Rahadian, Ssi, Msi, PhD dari Prodi Biologi FSM Undip mengatakan, siswa harus memahami terlebih dahulu biologi dan habitat kepiting bakau, siklus hidup dan teknologi yang dapat diterapkan untuk budidaya. Kelompok pengabdian Prodi Biologi ini juga melibatkan Prof. Dr. Tri Retnaningsih Soeprobowati, MApp.Sc dan Dr Jafron W. Hidayat, MSc sebagai anggota. she