Dampak Perubahan Iklim Terhadap Ketahanan Pangan Kabupaten Tegal

Oleh : Annisa Purbaning Tyas, SST, MEKK
Statistisi Muda BPS Kabupaten Tegal
PERUBAHAN iklim memang menjadi permasalahan global yang semakin mendesak dan perlu dibahas. Dampaknya yang luas terhadap berbagai aspek kehidupan, termasuk perekonomian, membuat perubahan iklim menjadi isu yang semakin penting untuk diperhatikan. Secara umum suhu di Indonesia mengalami kenaikan 0.03 °C tiap tahunnya.
Gambar 1. Tren Suhu Rata-Rata Di Indonesia, 1981-2018
Sumber: BMKG, Tren Suhu16
Kabupaten Tegal, sebagai bagian dari Indonesia, juga tidak luput dari dampak signifikan perubahan iklim. Suhu minimum tahunan yang terus meningkat dari 22,6oC hingga 250C selama lima tahun terakhir merupakan salah satu indikator perubahan iklim yang terjadi di Kabupaten Tegal.
Padi Makin Sedikit, Nasi Makin Mahal, Hidup Makin Susah
Salah satu dampak utama perubahan iklim di Kabupaten Tegal adalah berkurangnya hasil pertanian. Data menunjukkan bahwa suhu yang lebih tinggi dan curah hujan yang tidak menentu telah mengganggu siklus panel. Selama rentang 13 tahun, jumlah hari hujan dalam setahun di Kabupaten Tegal menunjukkan tren yang menurun dari 150 hari hujan hingga dibawah 90 hari hujan. Beberapa masalah ini telah mengganggu pola tanam3 dan panen, menyebabkan penurunan luas panen dan produksi pertanian.
Data hasil pendataan Survei Kerangka Sampel Area (KSA) menunjukkan bahwa luas panen dan produksi padi di Kabupaten Tegal mengalami tren yang menurun selama beberapa tahun terakhir dari 73 hektar tahun 2018 menjadi 63,8 hektar pada tahun 2022 dan berdampak pada produksi padi. Produksi padi menurun dari 413,7 ribu ton tahun 2018 menjadi 341,1 ton tahun 2022. Sebagai salah satu sumber makanan pokok, gangguan pada panen padi dapat menimbulkan konsekuensi serius terhadap ketahanan pangan. Hal ini dapat berdampak langsung pada pendapatan petani dan ketahanan pangan4.
Di antara Dua Pilihan
Perubahan iklim juga telah meningkatkan risiko bencana alam seperti banjir dan kekeringan di Kabupaten Tegal. Banjir yang sering terjadi dapat merusak lahan pertanian dan infrastruktur, mengganggu aktivitas ekonomi. Banjir dapat menyebabkan erosi, pengikisan, dan kerusakan lain pada jalan, jembatan, pondasi bangunan, jaringan listrik, komunikasi, serta masalah sanitasi sehingga memerlukan biaya perbaikan yang mahal dan dapat mengakibatkan masalah struktural jangka panjang6-10.
Sementara itu, kekeringan dapat mengancam pasokan air untuk pertanian dan penggunaan domestik, yang berdampak pada produktivitas dan kesejahteraan masyarakat. Krisis air baku yang diakibatkan kekeringan dan pencemaran telah mengakibatkan berkurangnya pasokan air pertanian sehingga dapat mengancam ketahanan pangan11. Peningkatan jumlah penduduk berpengaruh terhadap peningkatan kebutuhan air domestik12. Selain itu, kebutuhan air yang relatif tidak stabil menyebabkan ketidakseimbangan neraca air13. Penelitian juga menunjukkan bahwa kekeringan agro-hidrologi dapat terjadi pada lahan pertanian dan non-pertanian, dan dapat memengaruhi produktivitas dan kesejahteraan Masyarakat14,15.
Perubahan iklim juga berpotensi berdampak pada sektor industri dan pariwisata di Kabupaten Tegal. Banjir dan cuaca ekstrem dapat merusak fasilitas industri dan infrastruktur pariwisata. Ini mengganggu produksi dan pendapatan dari sektor-sektor ini, yang berkontribusi pada perekonomian daerah.
Kabupaten Tegal mempunyai potensi wisata yang besar. Namun perubahan iklim telah mengubah pola musim sehingga ketika musim hujan yang lebih panjang dan deras, berpeluang mengurangi daya tarik wisatawan. Pasalnya, curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan banjir, tanah longsor, dan bencana alam lainnya yang dapat mengganggu rencana perjalanan dan menyulitkan wisatawan untuk menikmati aktivitas luar ruangan.
Meningkatnya Biaya Energi dan Perawatan Kesehatan: Dua Masalah, Satu Kantong
Meningkatnya suhu dan intensitas panas juga menyebabkan peningkatan biaya pendinginan dan kesehatan Masyarakat. Meningkatnya suhu dan intensitas panas dapat menyebabkan peningkatan biaya pendinginan dan masalah kesehatan bagi masyarakat di Kabupaten Tegal. Ketika suhu meningkat, masyarakat cenderung menggunakan lebih banyak AC atau kipas angin, yang dapat menyebabkan tagihan listrik lebih tinggi dan konsumsi energi meningkat17. Data listrik yang terjual di Kabupaten Tegal cenderung meningkat, dengan meskipun perlu ada penelitian lebih lanjut mengenai rincian penggunaannya khususnya dalam rumah tangga.
Selain itu, suhu tinggi dapat menyebabkan kelelahan akibat panas, serangan panas, dan penyakit terkait panas lainnya, terutama bagi populasi rentan seperti lansia, anak-anak, dan mereka yang memiliki kondisi kesehatan yang sudah ada sebelumnya19. Oleh karena itu, penting untuk mengambil tindakan untuk mengurangi dampak panas, seperti tetap terhidrasi, menghindari aktivitas di luar ruangan pada jam-jam puncak cuaca panas, dan menyediakan pusat pendingin bagi mereka yang tidak memiliki akses terhadap AC.
Peningkatan Biaya Adaptasi dan Mitigasi
Untuk menghadapi dampak perubahan iklim, pemerintah dan masyarakat di Kabupaten Tegal harus mengeluarkan biaya tambahan untuk langkah-langkah adaptasi dan mitigasi. Ini mencakup pembangunan tanggul, proyek pengendalian banjir, dan program peningkatan kualitas tanah pertanian. Semua ini memerlukan anggaran tambahan yang dapat memengaruhi perekonomian lokal.
Dalam menghadapi dampak perubahan iklim yang semakin nyata, Kabupaten Tegal harus memprioritaskan upaya mitigasi dan adaptasi. Ini melibatkan investasi dalam infrastruktur tahan iklim, promosi pertanian berkelanjutan, dan pelestarian lingkungan. Karena infrastruktur diperlukan untuk meningkatkan produktivitas, memperbaiki proses distribusi, dan merangsang investasi20.
Peluang bisnis baru
Meskipun menimbulkan dampak negatif yang signifikan, perubahan iklim juga membuka peluang bisnis baru. Beberapa peluang bisnis yang dapat dimanfaatkan untuk mengurangi dampak perubahan iklim di Kabupaten Tegal, dari sektor pertanian hingga energi terbarukan.
Peluang bisnis dapat muncul dari pengembangan varietas tanaman yang tahan terhadap suhu ekstrem dan kekeringan, penggunaan teknologi pertanian yang lebih efisien, dan pengembangan produk pangan organik21-22. Dengan melakukan adaptasi pertanian terhadap perubahan iklim, petani dapat mengurangi risiko bahaya perubahan iklim dan meningkatkan kuantitas serta kualitas hasil pertanian. Selain itu, pengembangan model pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu berbasis masyarakat23, serta berinvestasi pada energi terbarukan seperti panel surya dan turbin angin dapat menciptakan lapangan kerja baru dan pendapatan tambahan24-27.
Dampak perubahan iklim terhadap perekonomian di Kabupaten Tegal adalah permasalahan serius yang memerlukan perhatian segera. Dengan upaya adaptasi yang tepat, diharapkan dapat mengurangi risiko dan membangun ketahanan perekonomian daerah ini di masa depan. Peran pemangku kepentingan dalam adaptasi dan mitigasi perubahan iklim juga penting. Beberapa studi menunjukkan bahwa kerjasama antar aktor merupakan kunci untuk mengurangi dampak perubahan iklim serta partisipasi masyarakat diperlukan untuk keberhasilan program perubahan iklim28-30.
Oleh karena itu, dalam menghadapi dampak perubahan iklim, Kabupaten Tegal harus memprioritaskan upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, termasuk investasi pada infrastruktur berketahanan iklim, mendorong pertanian berkelanjutan, dan melestarikan lingkungan. Keterlibatan pemangku kepentingan dan masyarakat juga sangat penting dalam keberhasilan upaya ini. Dengan demikian, Kabupaten Tegal dapat mengurangi kerentanannya terhadap perubahan iklim dan membangun ekonomi yang lebih kuat dan berkelanjutan untuk masa depan. Jatengdaily.com-st