SEMARANG (Jatengdaily.com) –Unissula tambah profesor (guru besar) baru, dengan dikukuhkannya Dr Alifah Ratnawati SE MM, untuk bidang Ilmu Manajemen pada Selasa (5/12/2023), dalam rapat senat terbuka.
Rektor Unissula Prof Dr Gunarto SH MH mengatakan, Alifah Ratnawati merupakan guru besar ke 54 Unissula. Unissula akan mencapai target 100 jumlah guru besar pada tahun 2027, sehingga saat ini terus memacu para dosen yang telah sesuai persyaratan untuk menjadi profesor.
”Saya minta yang masih lektor menjadi lektor kepala, untuk terus meningkatkan produktivitasnya, kita berharap setiap bulan ada satu guru besar dari Unissula yang dikukuhkan,” jelasnya.
Sementara itu, Prof Alifah Ratnawati mengatakan, pengukuhan ini menjadi hal yang sangat baik bagi dirinya untuk terus mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang akademik, dengan memberikan kepada mahasiswa, kampus, sesama dosen dan bangsa serta negara.
”Untuk memperkuat, saya ingin mengajak teman-teman saya yang sudah menjadi lektor kepala, kita bersama-sama supaya menjadi guru besar, nanti saya akan bantu dan bimbing dalam, supaya nanti tercapai jumlah 100 guru besar di Unissula pada tahun 2027,” jelasnya.
Alumni S1 Ilmu Manejemen Fakultas Ekonomi (FE) Unissula ini memiliki lebih 20 penelitian, 20 artikel yang dimuat di jurnal internasional dan nasional, menerbitkan sembilan buku ajar dan puluhan penelitian dan riset lainnya.
Dalam pengukuhannya Prof Alifah memaparkan pidato pengukuhan berjudul “Engagement Religious Complete: Penguatan Kemitraan Organisasi dalam Perspektif Islam”.
Kelahiran Sragen, tahun 1963 ini memaparkan tentang bagaimana peningkatan partnership performance dapat terjadi melalui engagement religious compliance (ikatan religius) yang positif yang secara langsung dapat berpengaruh pada partnership performance.
Keterlibatan organisasi dalam bermitra yang dilandasi dengan norma-norma agama telah membawa dampak terhadap kinerja kemitraan yang meningkat.
Ini artinya kinerja kemitraan alan meningkat mamakala dalam berpartner dengan organisasi lain dilakukan dengan meningkatnya engagement religious compliance. Misalnya, hubungan antara rumah sakit (RS) dengan layanan BPJS Kesehatan. Hal ini seperti yang telah dilakukan oleh Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang.
”Kinerja tidak hanya diukur dari sisi materi tetapi juga diukur dari sisi keberkahannya dan kemanfaatannya bagi masyarakat luas. Peningkatan engagement religious compliance akan meningkatkan kinerja kemitraan. Kesuksesan kemitraan dalam jangka panjang ditentukan sejauh mana organisasi mampu membangun engagement religious compliance,” jelasnya. she