SEMARANG (Jatengdaily.com) – Perancang busana kenamaan Samuel Wattimena mengaku selalu terkesan setiap berkunjung ke Jawa Tengah, terutama ketika menyusuri sentra-sentra Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).
Baginya masyarakat pengrajin dengan ragam varian produknya termasuk orang-orang hebat. Salah satu produk fashion-nya pun sesungguhnya memiliki value dan mampu go global.
”Sayangnya kendala umum yang sering dijumpai pada bisnis UMKM adalah regenerasi, manajemen, dan kekhasan atau identitas sebagai kekuatan produk itu sendiri,” kata Samuel saat dijumpai di Semarang, Kamis (10/8).
Kehadiran Samuel di Semarang terkait agenda Semarang Fashion Trend yang berlangsung 10-12 Agustus di Fashion Hall BBPVP Semarang, Jalan Brigjen Sudiarto No 118 Semarang.
Berbicara soal kekhasan, di balik keragaman produk-produk tersebut, Samuel berharap suatu ketika masyarakat sudah mulai membuka ruang diskusi tentang kekhasan sebagai bagian dari value produk.
Dia mencontohkan, wisatawan yang melancong ke Kota Semarang masih harus mencari referensi soal kekhasan batik Semarangan. Pasalnya, belum ditemukan sesuatu yang paten dan punya diferensiasi.
”Batik Semarang itu yang modelnya kayak apa sih? Apakah harus bercorak Warak Ngendog atau Tugu Muda. Belum ada konsesi soal ini,” kata Staf Khusus Menteri di Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak tersebut.
Selain itu, Samuel juga concern terhadap mata rantai keberadaan suatu produk. Dia mengaku khawatir jika suatu produk yang legend tiba-tiba tinggal kenangan, hanya karena generasi tuanya sudah ‘tremor’ tapi tanpa generasi penerusnya.
”Kita harus menjaga terhadap kelangsungan budaya. Jangan sampai anak muda merasa ‘produk saya sudah bagus, kenapa harus dari nol’,” katanya.
Jadi Jembatan
Menurutnya, kunci untuk mengurai persoalan pengembangan UMKM yaitu komunikasi. Dengan membuka ruang dialog, kata dia, dengan sendirinya akan menciptakan kolaborasi, transfer of knowledge, membangun networking atau jaringan usaha, serta bersama-sama menciptakan konsesi brand atas sebuah produk.
Berpijak dari realitas di tengah masyarakat pengarajin itu, Samuel menyatakan tekadnya untuk turun langsung ke lapangan. Menjadi calon legislatif DPR RI untuk daerah pemilihan Jawa Tengah 1 yang meliputi Kota Semarang, Kabupaten Kendal, Kabupaten Semarang dan Kota Salatiga merupakan ikhtiar untuk memajukan bisnis UMKM lebih optimal.
Dengan menjadi legislator, kata dia, dirinya bisa ikut berperan dalam menciptakan ruang-ruang dialog terhadap kondisi UMKM saat ini, membumikan lagi ekonomi kreatif agar sustainable dan yang penting mendorong politik anggaran agar tepat sasaran.
Dia pun ingin sekali masif berdiskusi dengan anak muda, khususnya kaum milenial dan Gen Z untuk nyengkuyung bareng bagaimana mengelola UMKM lebih profesional.
”Saya ingin menjadi jembatan itu. Menyinergikan keinginan dan kebutuhan masyarakat pengrajin, kebijakan stakholder, dan tersedianya anggaran yang memadai. Menyinambungan keberadaan UMKM dari hulu ke hilir saya kira masih menjadi tantangan bersama,” ujar pengurus Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) Pusat itu.
Lelaki yang identik dengan tas dan kipas itu menambahkan, dengan menjadi legislator, dia bisa mendorong para pemangku kepentingan seperti kepala daerah dan BUMN untuk turut ‘cancut taliwondo’ atau turut cawe-cawe terhadap mimpi-mimpi pelaku UMKM bisa memasarkan produk ke mancanegara.
Dia optimistis, dengan keterbukaan, BUMN dan Kementerian terkait bakal dengan sendirinya akan membantu setiap pelaku UMKM untuk naik kelas dan go global.
”Saya juga mengajak ke media untuk turut menggali semua potensi daerah yang selama ini belum tersentuh dan tergarap. Caranya, dorong setiap penentu kebijakan untuk memberikan atensi dan ‘menguliti’ semua potensi handycraft yang dipunyai,” pungkas desainer yang pernah mendapatkan Pin Emas dalam bidang seni rupa dalam anugerah seni Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2012 dan penghargaan The Best Designer se-Pasifik pada acara Fiji Fashion Week Tahun 2013. St