SEMARANG (Jatengdaily.com) – Ketua Harian Ikatan Alumni Universitas Semarang (IKA USM), Muhammad Arif Surana, S.H.,S.Psi.,M.M., menegaskan, hanya dengan berbekal ijazah tidak cukup membuat seseorang mendapatkan pekerjaan.
Hal tersebut disampaikannya saat menjadi narasumber dalam Talkshow USM Update di Studio Radio USM Jaya Gedung N USM yang mengangkat tema “Strategi Mencari Peluang Kerja Setelah Lulus Kuliah” pada Senin (25/11/2024).
”Terkadang sekilas ketika lulus itu senang, tapi pas waktu di lapangan, mereka bingung sama kerja apa yang mau diambil. Yang sering terjadi adalah mereka mengambil pekerjaan yang tidak sesuai dengan jurusan yang mereka ambil dulu semasa kuliah. Tapi satu sisi, dimana kita berpijar dan bekerja, kita harus tetap berkompeten dan profesional,” katanya.
Arif mengungkapkan, saat ini data kelulusan di Indonesia mencapai 500-an ribu lulusan. Sementara di Jawa Tengah pada 2023, sebanyak 150 ribu lulusan.
”Itu artinya lulusan semakin banyak, sementara peluang kerja semakin sedikit. Ini yang harus kita siasati, kalau tidak, nanti kita akan tertinggal. Jadi tidak hanya nilai yang bagus, tapi soft skill juga harus benar-benar dibangun. Karna nilai yang kita dapat dari kampus, belum tentu menjamin untuk kita bersaing di luar sana,” ungkapnya.
Dalam talkshow yang dipandu Penyiar Radio USM Jaya, Elsa Safira itu, Arif menceritakan bahwa perusahaan atau para pemberi kerja lebih menilai pelamar kerja berdasarkan kompetensi dan skill yang dipunya.
Dalam membangun keterampilan serta kemampuan seseorang dapat dilakukan dengan cara mengikuti seminar, mengikuti kelas-kelas tertentu, serta sertifikasi guna menambah wawasan.
”Kadang ada lulusan yang ingin cari kerja tapi milih-milih. Beda sama dulu, kalau kerja itu cari pengalaman dulu. Kalau punya skill, pengetahuan, kemampuan lebih, baru kita bisa adakan negosiasi dengan perusahaan,” ujarnya.
Dia menyebutkan terdapat beberapa kompetensi yang harus diperlukan oleh para pelamar kerja khususnya anak muda zaman sekarang di antaranya atittude, ketelitian, kurangnya inovasi dan inisiatif, serta harus bisa beradaptasi dengan budaya di setiap perusahaan.
”Makin ke sini, beberapa fakultas menjalankan dengan beberapa ritme yang berbeda. Bagaimana mahasiswa diharapkan mampu menciptakan hal-hal baru, tidak hanya secara teori. Sekarang, ketika interview tidak hanya ditanyain bisa atau tidak. Tapi diminta langsung untuk dipraktekkan. Kalau tidak ambil kelas sertifikasi, tidak belajar, akan susah juga,” tambahnya.
Dia mengaku dunia kerja berbeda dengan kampus, dimana memiliki tekanan yang tinggi dan banyak.
Oleh karena itu, Arif menyarankan beberapa hal yang dapat dilakukan agar kesehatan mental tetap terjaga mulai dari memahami budaya perusahaan, tidak menutup diri, hingga luangkan waktu untuk istirahat.
”Untuk teman-teman yang baru lulus, belum mendapatkan pekerjaan atau posisi yang belum tepat, dan para alumni, ada beberapa hal yang perlu dilakukan yaitu pahami pasar kerja, tingkatkan keterampilan atau kemampuan, jangan lupa membangun motivasi, menerapkan strategi dengan mencari tahu apa yang dibutuhkan perusahaan, jangan lupa lihat peluang dan manfaatkan kesempatan,” ujar Arif. St