Tri Karjono, Statistisi Ahli BPS Provinsi Jawa Tengah
TAHUN 2025 ini menjadi tahun pertama tujuan pembangunan lima tahun pemerintahan gubernur baru, yaitu Jawa Tengah yang Maju dan Berkelanjutan.
Dalam dokumen perencanaan Bappeda Jawa Tengah dinyatakan bahwa untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah provinsi telah merumuskan ke dalam strategi dan arah kebijakan pada tiga sasaran pembangunan.
Strategi pada sasaran kedua pembangunan daerah Jawa Tengah lima tahun ke depan yaitu terwujudnya perekonomian yang berdaya saing, inklusif, dan berkelanjutan adalah memperkuat pertumbuhan dan kontribusi sektor-sektor unggulan.
Di antara sektor unggulan yang ada tersebut adalah sektor pertanian. Kita ketahui bahwa ditengah masivnya perkembangan industri pengolahan dan infrastruktur yang terjadi, Jawa Tengah masih menjadi salah satu andalan dalam menopang keterpenuhan dan ketahanan pangan nasional.
Maka tak heran ketika para petinggi nasional di bidang pertanian ‘wira-wiri’ ke Jawa Tengah untuk memastikan bahwa pembangunan sektor ini tetap bertahan dan ‘sukur-sukur’ semakin hari dapat semakin berkembang.
Sebagai gambaran, produksi pertanian yang utamanya tanaman pangan dan lebih khusus padi dan jagung, pada tahun 2024 dengan produksi beras 5,11 juta ton dan sebanyak 2,43 juta ton jagung pipilan kering, keduanya menempatkan Provinsi Jawa Tengah sebagai suplaier produksi nasional kedua setelah Jawa Timur. Ini menjadi alasan mengapa pada sektor pertanian di Jawa Tengah perlu dipertahankan melalui kebijakan yang tepat.
Kebijakan Sektor Pertanian
Dalam mendukung strategi memperkuat pertumbuhan dan kontribusi sektor unggulan tersebut, dalam hal ini sektor pertanian, peningkatan produksi dan produktivitas hasil pertanian menjadi salah satu arah kebijakan yang ditempuh.
Apalagi salah satu definisi maju dalam tujuan pembangunan Jawa Tengah di atas adalah Jawa Tengah yang tetap menjadi episentrum lumbung pangan nasional, maka tercapainya target produksi melalui peningkatan produktivitasnya menjadi arah kebijakan yang harus ditempuh.
Perhatian pada sektor pertanian sebagai implementasi dari arah kebijakan peningkatan produksi dan produktivitasnya telah mulai ditunjukkan dari berbagai pembangunan dan pengadaan sarana prasarana pertanian.
Di samping masivnya pengadaan peralatan dan sarana pertanian yang disediakan pemerintah seperti, peralatan mekanis pertanian, revitalisasi dan pembangunan infrastruktur irigasi, kemudahan akses pupuk, inisiasi SPBU khusus nelayan, dan beberapa yang lain, hingga beberapa proyek strategis nasional (PSN) yang diharapkan mampu mendukung arah kebijakan ini. Tercatat empat bendungan yang cukup besar di Jawa Tengah tahun ini masuk menjadi PSN menggantikan Pembangunan tiga ruas jalan tol yang tahun sebelumnya masuk ke PSN.
Padi biosalin juga menjadi salah satu inovasi baru yang diharapkan mampu menyokong meningkatkan produksi padi. Dimana jenis ini mampu tumbuh dengan salinitas yang cukup tinggi. Jenis ini diharapkan mampu memanfaatkan lahan potensi rob yang sebelumnya tidak produktif. Disamping pemanfaatan lahan-lahan baik basah maupun kering yang sebelumnya kurang produktif untuk dapat dimanfaatkan.
Peran Pertanian Pada Indikator Ekonomi
Di samping peran sisi produksi sektor pertanian, terutama pertanian tanaman pangan pada ranah nasional yang cukup besar, peran cukup besar sebagai bukti keunggulan sektor ini juga ditunjukkan pada cukup besar kontribusinya pada perkembangan produk domestik regional bruto (PDRB). Sementara PDRB sendiri merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu wilayah. Cukup besarnya kontribusi ini menjadi petunjuk bahwa cukup besar pula kontribusinya dalam mempengaruhi kondisi perekonomian wilayah.
Data BPS menunjukkan bahwa paling tidak dalam kurun waktu lima belas tahun terakhir sektor ini tetap mampu bertengger pada tiga atau empat dalam distribusi PDRB lapangan usaha. Walau jika dicermati semakin tahun terlihat sedikit mengalami kecenderungan menurun. Jika pada tahun 2010 sektor ini berkontribusi sebesar 15,98 persen, sementara pada tahun 2024 yang lalu memiliki kontribusi sebesar 13,03 persen.
Lebih tahannya sektor pertanian oleh sebab kondisi perekonomian global dibanding sektor yang lain menyebabkan fluktuasi pertumbuhan nilai tambah sektor ini lebih stabil. Stabilitas fluktuasi ini menjadikan sektor pertanian mampu menjadi penolong bagi kondisi perekonomian ketika terjadi perlambatan bahkan kontraksi pada sektor yang lain atau secara umum.
Sebagai bukti pada saat pandemi Covid-19 terjadi di tahun 2020. Dimana ketika sektor-sektor lain mengalami kontraksi yang cukup dalam, sektor pertanian Jawa Tengah perkasa dan mampu tumbuh 2,4 persen. Dan sebagai sektor unggulan jelas mampu menahan perekonomian Jawa Tengah untuk tidak terpuruk lebih dalam.
Pun demikian yang terjadi pada kuartal 1-2025 ini. Rilis BPS Provinsi Jawa Tengah (Senin, 05/05/2025) menunjukkan bahwa secara quarter to quarter (q to q), ketika terjadi perlambatan pertumbuhan pada dua sektor unggulan yang lain yaitu industry pengolahan (1,22 persen) dan perdagangan (1,25 persen) serta kontraksi cukup dalam pada sektor konstruksi (-12,79 persen), sektor pertanian justru tumbuh tinggi dengan 22,75 persen dengan andil 2,37 persen pada kondisi PDRB 1,80 persen. Jelas akan terjadi kontraksi tanpa andil sektor ini.
Demikian pula halnya jika kondisi ini dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Sektor pertanian memberi andil tertinggi diantara 16 sektor yang lain dengan 1,74 persen dari pertumbuhan tahunan sebesar 4,96 persen.
Peran Pertanian Pada Penyerapan Tenaga Kerja
Masih dengan data BPS Provinsi Jawa Tengah. Hasil survei Sakernas terakhir yang dilakukan bulan Februari 2025 yang lalu, dari 20,92 juta penduduk Jawa Tengah yang bekerja, 26,69 persen atau 5,58 juta orang diantaranya bekerja pada sektor pertanian. Ini menjadikan yang terbanyak dari 16 sektor lapangan usaha yang lain di Jawa Tengah. Walau sedikit mengalami penurunan dibanding tahun 2024, namun secara komposisi tidak berubah dan ini terjadi setiap dan telah berlangsung bertahun-tahun.
Dari gambaran di atas jelas bahwa sektor pertanian di Jawa Tengah mempunyai komparasi keunggulan yang cukup signifikan situasi ekonomi wilayah.
Dengan keunggulan yang ada tersebut, sektor pertanian yang juga menjadi tumpuan hajat hidup orang banyak menjadi akan sangat penting untuk dipertahankan dan ditingkatkan eksistensinya. Baik dalam memastikan perannya pada internal wilayah Jawa Tengah maupun nasional.
Terwujudkan sasaran kedua pembangunan daerah Jawa Tengah yaitu terwujudnya perekonomian yang berdaya saing, inklusif, dan berkelanjutan akan dapat dicapai diantaranya dengan membangun eksistensi sektor pertanian. Berdaya saing berarti mampu diperhitungkan diantara wilayah lain dan diantara sektor lain.
Inklusif, Dimana dengan kemampuan sektor pertanian dalam menyerap lebih banyak keterlibatan penduduk, maka dengan membangun sektor pertanian berarti membangun pula kesejahteraan lebih banyak masyarakat. Dan ini harus terus diupayakan secara terus-menerus dalam waktu yang Panjang (berkelanjutan).
Tantangan
Namun dalam pengalaman dan perjalanannya tidak mudah membangun sektor pertanian. Data BPS menunjukkan bahwa jumlah usaha pertanian hasil sensus terakhir pada semua sub sektor dan skala usaha menunjukkan bahwa terjadi penurunan 13,31 persen selama sepuluh tahun terakhir.
Artinya semakin hari semakin sedikit usaha pertanian yang ada. Bisa jadi ini karena terjadinya penyempitan lahan oleh industrialisasi, pembangunan hunian maupun infrastruktur lain.
Dari sisi komposisi petani berdasarkan umur, terlihat bahwa sepuluh tahun terakhir terjadi peningkatan jumlah petani yang berumur 55 tahun ke atas sebesar 9,04 persen, sedangkan petani dengan umur 25 hingga 54 tahun terjadi penurunan sebesar 9,24 persen. Ini menegaskan bahwa sektor pertanian semakin hari semakin ditinggalkan oleh generasi penerus. Sektor pertanian semakin hari semakin tidak menarik. Jumlah rumahtangga pertanianpun pada semua sub sektor mengalami hal yang sama.
Tantangan tersebut menjadi bagian diantara tantangan-tantangan yang lain yang harus diperhatian untuk bagaimana mengembalikan kembali minat pada sektor pertanian. Atau jikapun hal tersebut menjadi sesuatu keniscayaan maka bagaimana kemudian kemajuan teknologi mampu memastikan produksi dan produktivitas pertanian dapat tetap terjaga. Jatengdaily.com-St