Oleh : Nur Khoirin YD
Salah satu keistimewaan bulan Ramadan adalah didalamnya ada malam lailatul qadar, malam diturunkannya Al Qur’an, malam yang lebih baik dari beribadah selama1000 bulan (setara dengan 83 tahun 4 bulan komariyah, atau sama dengan 80 tahun 10 bulan 6 hari masehi). Jatuhnya lailatul qadar ini tidak ada orang yang mengetahui secara pasti. Hanya Allah swt yang Maha Mengetahui. Sebagaimana rahasia ibadah puasa yang hanya dirinya dan Allah yang mengetahui. Allah swt berfirman dalam salah satu Hadits Qudsi : Ashaumu li qa ana ’ajzi bihi (puasa itu adalah untukku dan Aku sendiri yang memberi pahalanya).
Menurut beberapa Hadits Nabi saw, lailatul qadar akan turun pada 10 hari terakhir bulan Ramadan, khususnya pada tanggal-tanggal ganjil. Waktu-waktu ini terkadung maksud, agar ketika shaimin sudah mulai menurun semangatnya setelah 20 hari berturut-turut berpuasa, agar meningkat semangatnya kembali, maka dijanjikanlah pada 10 hari akhir Ramadhan dengan kemulyaan lailatul qadar. Kemulyaan dan keagungan lailatul qadar inilah, maka menggapai lailatul qadar menjadi impian setiap muslim.
Waktu turunnya dan ciri-ciri lailatul qadar
Meskipun turunnya lalilatul qadar adalah rahasia Allah, tetapi para ulama menyimpulkan adalah pada 10 hari terakhir pada bulan ramadhan. Hal ini didasarkan beberapa riwayat dari Nabi saw. Diantaranya adalah :
اَخْبَرَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ قَالَ هِيَ فِى شَهْرِ رَمَضَانَ فِى الْعَشْرِ اْلأَوَاخِرِ لَيْلَةَ اِحْدَيْ وَعِشْرِيْنَ اَوْثَلَثَةٍ وَعِشْرِيْنَ اَوْسَبْعٍ وَعِشْرِيْنَ اَوْ تِسْعٍ وَعِشْرِيْنَ اَوْ اَخِرِ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ مَنْ قَامَهَا اِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مِنْ ذَنْبِهِ مَا تَقَدَّمَ وَمَا تَأَخَّرّ . (رواه احمد)
”Rasulullah SAW mengabarkan kepada kami tentang Lailatul Qadar, beliau bersabda : dia (Lailatul Qadar) di bulan Ramadhan di puluhan yang akhir yaitu malam 21, 23, 25, 27 atau malam 29, atau di akhir malam Ramadhan. Barang siapa mengerjakan bangun untuk beribadah pada malam itu karena iman dan mengharap ridho Allah, niscaya diampuni dosanya yang telah lalu dan yang akan datang”. (HR. Ahmad).
Hadits senada menyebutkan :
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ اْلاَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ (رواه البخارى)
“Carilah olehmu sekalian lailatul qodar itu pada witir sepuluh terakhir di bulan Ramadhan” (HR. Bukhari).
Para ulama memiliki pendapat berbeda-beda. Abi Razin Al-Uqaili Ash-Shahabi berpendapat bahwa Malam Lailatul Qadar jatuh pada malam awal dari bulan Ramadan. Menurut Ibnu Hajar, Malam Lailatul Qadar pada tanggal ganjil dari sepuluh malam terakhir bulan Ramadan. Imam Ghazali memiliki rumus dengan melihat hari-hari awal puasa. Jika awal Ramadan jatuh pada Ahad atau Rabu, maka Lailatul Qadar akan turun pada malam 29.
Jika Ramadan bertepatan dengan hari Sabtu, berarti tanggal 23. Jika awal Ramadan hari Kamis, maka Lailatul Qadar jatuh pada tanggal 25. Jika awal Ramadan jatuh pada hari Selasa atau Jumat, berarti malam Lailatul Qadar bertepatan dengan tanggal 27 (https://www.google.com/search?q= ). Ramadhan tahun ini (1446H/2025M) diawali pada hari Sabtu, maka menurut Imam Ghazali lailatul qadar akan jatuh pada malam 23 besok (malam Ahad).
Ciri-ciri malam qadar sebagaimana disebutkan, yaitu saat pagi hari di malam Lailatul Qadar matahari terbit tidak menyilaukan. Hal ini berdasarkan Sabda Nabi saw :
صَبِيْحَةُ لَيْلَةِ الْقَدْرِتَطْلُعُ الشَمسُ لاَ شعاع لَهَا، كَاَنَهَا طَشْتٌ حَتَّى تَرْتَفَعُ
“Pagi hari malam Lailatul Qadar, matahari terbit tidak menyilaukan, seperti bejana hingga meninggi” [ HR. Muslim 762 ]
Menurut Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari dalam kitabnya Sabilal Muhtadin menjelaskan ciri-ciri lailatul qadar, antara lain: malam itu tidak terlalu panas, tidak terlalu dingin, dan pada keesokan harinya matahari terbit warnanya putih bersih, tidak banyak mengelurkan cahaya karena banyaknya para malaikat yang turun dan naik ke langit, karena itu cahaya matahari tertutup dengan sayap malaikat dan dengan tubuhnya yang halus. Pendapat yang kuat adalah tidak ada yang mengetahui secara pasti kapan tepatnya Lailatul Qadar selain Allah SWT.
Kiat menggapai malam seribu bulan
Seluruh shaimin (orang yang berpuasa) mendambakan dapat menemui lailatur qadar, agar dosa-dosanya diampuni, seluruh doanya dikabulkan, dan mendapat kemulyaan hidup di dunia dan di ahkirat. Ada beberapa kiat agar kita dapat menemui malam yang mulia tersebut :
- Harus ada niat karena Allah lillahi ta’ala dan keinginan yang kuat dalam diri kita, bahwa saya harus menemui malam yang mulia ini.
- Niat ini harus disertai ikhtiar yang sungguh-sungguh penuh keimanan mengisi Ramadhan, khususnya pada 10 hari terakhir dengan memperbanyak ibadah dan berdoa. Memperbanyak i’tikaf di masjid, qiyamullail, membaca Al Qur’an, berdoa Allahumma innaka afwun karim tuhibbul afwa fa’fu ’anni, dan memperbanyak shodaqah.
- Seluruh ibadah harus diniatkan semata-mata untuk menggapai ridla Allah, tidak pamer, tidak sombong, dan tidak boleh menceritakan kepa orang lain, bahwa saya telah menemui lailatul qadar.
Lailatul qadar adalah kemulyaan rohaniah yang harus diterima dengan penuh keimanan. Oleh karena itu orang yang menerimannya tidak bisa diukur dengan bukti-bukti fisik dan rasional. Orang yang menerima lailatul qadar akan mendapatkan pahala yang berlipat dan memperoleh kemulyaan hidup di dunia dan di akhirat. Merasakan ketenangan hidup, keberkahan, dan kebaikan-kebaikan yang ditak bisa diukur dengan materi.
Semoga Ramadhan kali ini kita semua menemui malam yang mulia itu, malam yang lebih baik dari seribu bulan, sehingga kita merasakan kebahagiaan hidup yang sempurna di dunia dan di akhirat. Amiin yra.
Prof. DR. H. Nur Khoirin YD., MAg, Guru Besar pada Fakultas Syari’ah UIN Walisongo Semarang/Advokat Syari’ah/Mediator/Arbiter Syari’ah/Nazhir Kompeten, Ketua BP4 Propinsi Jawa Tengah, Sekretaris Bidang Humas Masjid Agung Jawa Tengah/Ketua Bidang Remaja dan Kaderisasi Masjid Raya Baiturrahman/Ketua Nazhir Wakaf Uang Badan Wakaf Indonesia Jawa Tengah, Tinggal di Jl. Tugulapangan H.40 Tambakaji Ngaliyan Kota Semarang. Jatengdaily.com-st