SEMARANG – Pesantren Tahfidz Al-Qur’an MAJT-Baznas Jawa Tengah menargetkan para santrinya lulus sebagai hafidz mutqin dalam waktu empat tahun. Tidak sekadar hafal, mereka juga diharapkan mampu memahami kandungan Al-Qur’an secara mendalam dan menjadi figur teladan di masyarakat.
Untuk mengejar target tersebut, pesantren menerapkan sistem pembelajaran yang disiplin dan ketat.
Direktur Pesantren Tahfidz MAJT-Baznas Jateng, Dr KH Muhammad Syaifudin, MA, mengungkapkan bahwa metodologi yang digunakan menekankan pada berbagai tahapan pembelajaran seperti ziyadah (setoran hafalan baru), murajaah (mengulang hafalan lama), mudarasah (diskusi), tashih kepada imam, tadarus 1 juz setelah Zuhur, serta muqadaman (pembacaan Al-Qur’an secara berantai).
“Alhamdulillah, dengan metode ketat ini, 31 santri mengikuti pembelajaran dengan baik. Dalam waktu 2,5 tahun, prestasi mereka mengagumkan,” ungkap Dr Syaifudin, didampingi musyrif pesantren, Gus Shulkhan Khabib, kepada awak media, Selasa (1/7/2025).
Lulusan Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir itu juga menjelaskan bahwa pesantren MAJT-Baznas Jateng mengadopsi 70 persen kurikulum dari Pesantren Yanbu’ul Qur’an Kudus, yang diasuh oleh KH Arwani Amin AH. Kurikulum tersebut dipilih karena telah terbukti kuat dan menjadi rujukan utama masyarakat dalam pendidikan tahfidz.
Sementara itu, Sekretaris Pengelola PP MAJT, Drs KH Muhyiddin, MAg menegaskan bahwa misi utama pendirian pesantren ini adalah untuk membantu pemerintah mencetak generasi qur’ani. Dalam hal ini, PP MAJT bertindak sebagai pelaksana teknis, sedangkan pembiayaan seluruhnya ditanggung oleh Baznas Provinsi Jawa Tengah dan Baznas kabupaten/kota.
“Tujuan jangka panjangnya adalah memproyeksikan para santri menjadi imam masjid agung, serta tokoh agama yang berpengaruh di daerahnya masing-masing,” ujar KH Muhyiddin.
Kontribusi konkret PP MAJT diwujudkan melalui penyediaan sarana dan prasarana lengkap bagi pesantren, seperti ruang asrama dengan almari, kipas angin, kamar mandi, dan fasilitas pendukung lainnya.
Sementara itu, Baznas kabupaten/kota memberikan living cost sebesar Rp 2.000.000 per bulan kepada setiap santri yang direkomendasikannya. Dana ini digunakan untuk kebutuhan makan sehari-hari, laundry, kegiatan wisata religi, serta uang saku sebesar Rp 800.000.
Adapun Baznas Provinsi Jawa Tengah memberikan dana operasional rutin sebesar Rp 30.000.000 per bulan untuk mendukung kegiatan pesantren.
Lebih dari itu, para santri juga dijamin dapat melanjutkan kuliah secara gratis di Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang. Beasiswa pendidikan diberikan secara kolaboratif antara Baznas Provinsi dan pihak Unwahas, masing-masing menanggung 50 persen biaya.
“Tidak hanya mencetak hafidz, tapi juga hafidz yang intelektual dan berdaya saing tinggi,” tegas KH Muhyiddin.
Dukungan terhadap program ini juga datang dari Baznas di tingkat daerah. Ketua Baznas Kabupaten Wonosobo, H Purwanto, menyatakan pihaknya sangat mendukung program ini sebagai wujud komitmen dalam memajukan pendidikan berbasis keislaman.
“Santri harus bersungguh-sungguh. Ini bukan hanya pendidikan biasa, tapi investasi jangka panjang dan juga untuk akhirat,” ucapnya.
Ia menambahkan, pendidikan melalui pesantren merupakan cara efektif dalam memutus rantai kemiskinan dan kebodohan, serta meningkatkan kesejahteraan mustahik (penerima zakat).
Dengan kolaborasi yang kuat antara MAJT, Baznas, dan lembaga pendidikan, Pesantren Tahfidz MAJT-Baznas Jateng menjadi model pengembangan pesantren modern berbasis tahfidz yang tetap menjunjung tinggi nilai-nilai tradisi dan intelektual keislaman. St