Oleh : Nur Khoirin YD
Salah satu doa Nabi Ibrahim as ketika meninggalkan istrinya Hajar dan anaknya Ismail sendirian di Makkah yang kering dan tandus tiada kehidupan, yang diabadikan dalam Al Qur’an adalah :
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَٰذَا بَلَدًا آمِنًا وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُمْ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ
“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim bedo’a : Wahai, Rabbku, jadikanlah negeri ini negeri aman sentausa dan berikanlah rizki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian”. [Al-Baqarah : 126]
Doa Ibrahim as ini dikabulkan oleh Allah swt. Makkah al Mukarramah negeri panas dan tandus, tidak pernah hujan sepanjang tahun, tanahnya kering sehingga tidak ada tanaman hidup, sepanjang mata memandang terlihat gunung batu yang gersang tiada kehidupan. Tetapi sekarang tumbuh menjadi kota modern dunia dengan pertumbuhan ekonomi mencapai 11.8% pada tahun ini.
Makkah adalah kota yang paling hidup dan dinamis, setiap tahun didatangi jutaan jamaah haji dan umroh dari umat Islam seluruh penjuru dunia. Kekayaan terbesarnya bukan dari devisa para penjiarah, tetapi diperoleh dari sumber minyak yang melimpah. Konon pemerintah Arab Saudi justru tombok untuk melayani dan memulyakan tamu-tamu Allah yang datang.
Makkah adalah kota paling aman dan penduduknya berkecukupan. Meskipun tidak ada tanaman, tetapi segala makanan dan buah-buahan tersedia dengan harga yang murah. Fasilitas pendidikan dan kesehatan juga disediakan dengan gratis.
Pendapatan perkapita tinggi dan tidak ada pungutan berbagai pajak. Tidak ada orang miskin dan telantar. Karena semua diurus oleh negara. Bahkan untuk mengeluarkan zakat dan sedekah saja kesulitan, dan harus menunggu jamaah haji atau umrah datang. Negara juga tidak mempunyai hutang yang bunganya terus berkembang. Sebaliknya justru terus berinvestasi kenegara-negara yang membutuhkan.
Inilah gambaran negeri yang diberkahi oleh Allah swt. Negeri yang menurut akal tidak mungkin bisa tumbuh berkembang, karena tandus dan gersang, tidak ada air dan tumbuhan, tetapi karena penduduknya beriman dan bertaqwa, maka Allah tidak pernah ingkar janji. Firman Allah swt :
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَـٰكِن كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُم بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Seandainya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan limpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mengingkari, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al-A’raf: 96).
Mengapa Makkah dan negeri Arab sekitanya maju dan makmur? adalah karena penduduknya beriman dan bertaqwa secara istiqamah. Kerja keras dan ikhtiar membangun yang sungguh-sungguh, penting. Tetapi ada faktor lain yang menentukan, yaitu campur tangan Allah yang menghendaki. Banyak orang yang kerja keras, memeras keringat membanting tulang, berangkat pagi pulang petang, waktu habis.
Tetapi tidak menjadi kaya dan tetap kekurangan. Sebaliknya, ada orang yang kerjanya santai, biasa-biasa saja, beribadah pada waktunya, bersedekah semampunya, berkumpul dengan keluarga dan saudara-saudaranya, tetapi rezkinya melimpah.
Ada beberapa kebiasaan orang Makkah, sehingga hidupnya makmur, tidak punya hutang, aman, dan sehat berumur panjang, adalah : Shalat jamaah tepat waktu, ketika adzan berkumandang, mereka tinggalkan semua pekerjaan dan dagangan, berlomba menjuju masjid untuk berjamaah. Rajin bersedekah dan membayar zakat.
Mereka selalu membersihkan hartanya dengan zakat dan sedekah dengan harta terbaiknya, bukan sisa karena tidak habis dimakan. Memulyakan tamu. Orang Arab sangat terkenal dalam menghormati dan memulyakan tamu. Berpakaian sopan dan menutup aurat. Laki-lakinya yang gigih bekerja di luar rumah, sehingga laki-laki menjadi pemimpin yang tegas dan berwibawa dalam keluarganya.
Perlu introspeksi
Bagaimana dengan negeri kita Indonesia? Sampai diusianya yang ke 77 ini, masih banyak orang yang belum menikmati kemajuan. Hidup terasa sulit, serba kurang dan bahkan dikejar-kejar hutang. Padahal Indonesia ini adalah zamrut katulistiwa. Koes Plus menggambarkannya sebagai tanah sorga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman. Seperti kolam susu, kail dan jala cukup menghidupimu, tiada badai tiada topan kau temui, ikan dan udang menghampiri dirimu. Indonesia kita ini adalah negeri yang kaya, alamnya yang subur dan indah, hasil pertaniannya, hasil hutannya, dan hasil tambangnya melimpah ruah.
Di samping kemajuan-kemajuan dalam berbagai bidang yang telah dicapai oleh bangsa kita, tetapi harus diakui juga masih banyak bidang kehidupan yang memprihatinkan dan perlu perhatian. Masyarakat jika ditanya, apakah sudah menikmati kemakmuran dari ikhtiar pembangunan? Sebagian besar mereka menjawab “belum”.
Banyak pengangguran, bahkan lulusan perguruan tinggi sulit mencari kerja. Para pekerjapun gajinya kecil, hanya upah minimum regional, meskipun jam kerjanya panjang dan lembur. Banyak dililit hutang, hampir semua pegawai dan karyawan mempunyai hutang atau kreditan, hidupnya gali lubang tutup lubang. Upahnya hanya cukup untuk makan. Tidak ada tabungan. Hidup serba mahal. Pendidikan mahal, kesehatan mahal, perumahan mahal, kebutuhan pokok mahal. Apa saja kena pajak, dari mulai makan di warung, parkir, segala pendapatan, sampai menjual tanah sendiri kena pajak, membeli tanah juga kena pajak.
Kesenjangan sosial semakin dalam. Ada orang yang sekedar merayakan ulang tahun pesta perkawinan saja menghabiskan uang milyaran. Membeli tas atau sepatu ratusan juta. Sementara banyak anak-anak yang kurang gizi dan stanting karena tidak kuat makan. Banyak anak-anak yang putus sekolah dan menjadi pengasong, karena tidak mampu membayar biaya pendidikan. Banyak orang yang hidup menggelandang di jalan-jalan dan kolong jembatan karena tidak kuat membeli rumah tempat tinggal.
Uang negara untuk pembangunan sudah disiapkan besar, tetapi tidak sampai sasaran, habis dijalan, atau dibawa lari dicuci, dan bahkan hilang sia-sia karena perilaku korupsi. Penegakan hukum juga masih tebang pilih. Hukum tajam ke bawah tetapi tumpul ke atas. Hukum membela yang bayar dan bukan yang benar. Sehingga masyarakat dibuat frustasi tidak percaya lagi ada hukum yang melindungi.
Maka kita semua perlu introspeksi, muhasabah. Mengapa dinegeri ini masih banyak kekurangan, kesulitan dan fitnah. Mungkin iman dan taqwa kita masih tipis. Dosa kita lebih besar dari ibadah kita. Ego kita lebih menonjol dari semangat kebersamaan kita. Mungkin pemikiran akal terlalu sombong, belum disertai dengan tawakkal dan doa. Semoga negeri kita Indonesia menjadi negeri yang diberkahi dan diridlai oleh Allah swt. Baldatun thayyibatu warabbun ghafur.
Disampaikan pada Khutbah Jum’ah di Masjid Agung Jawa Tengah, 21 Muharram 1444H/19 Agustus 2022
DR. H. Nur Khoirin YD, MAg, Sekretaris Bidang Humas dan Kerjasama PP MAJT, Ketua BP4 Propinsi Jawa Tengah/Dosen Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Walisongo/Advokat Syari’ah/Mediator/Arbiter Basyarnas, Tinggal di Tambakaji H-40 Ngaliyan Kota Semarang, Telp. 08122843498. Jatengdaily.com-st