BOYOLALI (Jatengdaily.com) – Para petani di daerah Gagaksipat, Sindon dan Ngesrep, Kecamatan Ngemplak Boyolali atau kawasan dekat Bandara Adisoemarmo Surakarta, kembali mendapat ujian berat. Setelah beberapa bulan lalu kesulitan air karena kemarau panjang, kini saat musim hujan tanamannya tumbuh malah diserang hama tikus dan burung.
Tanaman padi yang baru ditanam sekitar satu atau dua bulan diserang hama tikus yang menyerang batangnya. Sedangkan hama burung menyerang saat tanaman padi sudah berbulir atau menjelang panen.

Memasang sejumlah jebakan tidak selalu mendapatkan tikus, namun tetap dilakukan petani sebagai cara yang paling mudah dan murah. Petani mengakui harus menekan biaya dalam menanam padi, karena terkadang hasilnya tidak signifikan jika terlalu banyak pengeluaran mulai dari benih, pupuk dan sebagainya. Foto: yanuar

Serangan hama burung juga memusingkan para petani di daerah Gagaksipat, Ngemplak Boyolali ini. Petanipun harus rajin ke sawah pagi dan sore untuk mengusir burung dengan peralatan tradisional, karena jika tidak diusir bisa-bisa tanaman padi tinggal batangnya saja. Foto: yanuar

Cara petani mengusir burung ini dilakukan secara konvensional seperti memasang tali diberi bunyi-bunyian kaleng atau plastik. Petani mengaku cara ini lebih murah dibandingkan harus memasang jaring yang bisa sampai jutaan rupiah per patok. Foto: yanuar

Selain dengan memasang tali dan bunyi-bunyian, petani juga harus rajin melempari burung menggunakan tanah sawah dengan alat bantu bambu. Dengan cara ini burung lebih cepat pergi meski membutuhkan tenaga ekstra bagi sang petani. Foto: yanuar

Petani mengakui serangan burung ke tanaman padi sangat merepotkan mereka. Saat awal tanaman padinya berbuah, terlihat padat namun kini jauh berkurang setelah dimangsa burung, ditambah lagi serangan tikus yang mengerat batang padi. Sehingga petani pun tak bisa menjamin bisa panen secara normal, dan kondisi terburuk hasil panen hanya bisa untuk dikonsumsi sekeluarganya sendiri. Foto: yanuar