Santri Wajib Pahami Ilmu Agama, Tapi Tak Harus Jadi Kiai atau Da’i

19pkb

Zayinul Fata. Foto: rie

DEMAK (Jatengdaily.com) – Seorang santri wajib memahami ilmu agama. Namun tidak hanya sekadar memahami, akan lebih penting ketika mampu mempraktekannya di lapangan. Sehingga mampu menghadapi tantangan kehidupan sosial yang sebenarnya, dan bermanfaat bagi umat.

Menyongsong perayaan Hari Santri Nasional (HSN) 2021, Ketua DPC PKB Kabupaten Demak Zayinul Fata menyampaikan, belajar di pondok pesantren tidak harus menjadi kiai atau da’i. Lebih penting dari itu, adalah membangun keilmuan karakter. Menjadikan bagaimana sarana pesantren paling unggul secara karakter dibanding ilmu formal.

“Jadi santri itu tidak harus menjadi kiai. Contohnya Pesantren Tegalrejo yang pesantren interpreneur. Harapannya di kehidupan nyata, selulusnya dari pesantren mampu menghadapi tantangan kehidupan sosial,” ujar menurut Wakil Ketua DPRD Demak tersebut, Selasa (19/10/2021).

Disebutkan, tidak ada negara paling luar biasa di dunia selain Indonesia. Sebab dengan multikultur dan keberagamannya mampu membangun bangsa dengan kerukunan Bhinneka Tunggal Ika.

HSN, menurut bapak tiga anak itu, momentum kebangkitan ilmu-ilmu yang berwawasan karakter budi pekerti, adab serta akhlak. “Penting itu. Santri wajib pahami ilmu agama. Politik hirarki tertinggi itu guru dan kiai. Seperti dhawuh kiai, dengan ilmu agama, karakter, adab serta akhlak dimiliki santri harus bisa menjawab tantangan jaman dan kehidupan,” urainya.

Santri Pejabat
Seiring Demak negeri pesantren, DPC PKB Kabupaten Demak komitmen mengamankan Perpres Pondok Pesantren yang belum lama diteken Presiden Joko Widodo. Di antaranya dengan mendukung penyusunan Raperda Pondok Pesantren yang telah diagendakan kelanjutan pembahasannya pada 2022, di samping mengusulkan peningkatan dana hibah untuk lembaga pendidikan nonformal seperti pondok pesantren.

“Ketika santri menjadi pejabat ya harus bisa menghasilkan kebijakan yang berpihak pada pesantren. Harapannya isu pesantren ini tidak dikanalisasi menjadi isu yang hanya diserukan PKB, namun menjadi isu nasional,” ujarnya.

Sebab aspek manfaat dari keberkahan tidak dilihat dari ilmu yang diperoleh, namun kegunaan di masyarakat. Semakin banyak dan nyata manfaat ilmu itu bagi masyarakat, maka akan semakin berkah. rie-yds