in

Ratu Kalinyamat, Sosok Pemimpin Tangguh dan Kuat

JAKARTA – Berbagai upaya mengusulkan gelar Pahlawan Nasional untuk Ratu Kalinyamat terus dilakukan. Setelah beberapa waktu lalu disusun naskah akademik Ratu Kalinyamat, tim berusaha menyempurnakan naskah melalui kajian, salah satunya melalui Focuss Grup Discussion (FGD) yang digelar di Jakarta, Senin (15/4/2019).

Ratno Lukito, Koordinator Tim Penyusun Naskah Akademik Ratu Kalinyamat menyatakan, telah melakukan penelitian secara objektif dan terbuka. Untuk sumber primer berupa buku-buku dan karya ilmiah, pihaknya telah mendapatkan sejumlah sumber.

Buku-buku yang digunakan tersebut ditulis oleh penulis Belanda dan Portugis. Mereka bahkan menulis pada masa yang hampir bersamaan dengan masa Ratu Kalinyamat. Buku yang ditulis pada abad ke 16 tersebut membuktikan bahwa Ratu Kalinyamat bukan hanya mitos.

“Sumber primer itu di antaranya ditulis Fernao Mendez Pento dan Diego de Canto dari Portugis. Sumber itu diambil langsung dari Portugis. Jadi Ratu Kalinyamat memang ada dan nyata. Bukan hanya sekadar mitos,” ujar Ratno Lukito, Senin (15/4/2019) di Jakarta.

Ratu Kalinyamat disebutkan sebagai seorang penguasa yang memiliki pandangan hidup dan citra diri yang baik. Hal itu disebutkan oleh Diego de Conto, dalam buku catatannya yang dibuat pada masa itu. Disebut juga oleh De Conto, Ratu Kalinyamat memiliki kekuasaan atas wilayah Jepara, Kudus, Blora, Rembang, dan Pati.

Berdasarkan catatan itu, Ratu Kalinyamat digambarkan sebagai sosok pemimpin yang kuat, tangguh, dan berkuasa. Ratu Kalinyamat disebut juga memiliki armada militer yang kuat sehingga dia berani mengusir Portugis dari perairan Jepara saat itu.

Selain berkuasa, Ratu Kalinyamat juga digambarkan sebagai perempuan kaya raya. Saat itu Ratu Kalinyamat sudah mampu memanfaatkan kayu jati untuk membangun industri galangan kapal.

Karena kekuasaannya, Ratu Kalinyamat juga menerapkan pajak bagi semua kapal yang berlabuh di Jepara.

“Ratu Kalinyamat juga diketahui pemah menggagas adanya poros maritim, dengan mengembangkan pelabuhan, menginjsiasi industri galangan kapal, dan ukiran Jepara. Tidak hanya pelabuhan utama di Jepara yang dikuasainya. Namun pelabuhan pendukung di sekitar Jepara seperti di Pati, Juwana, Lasem, Rembang, juga dibangun Ratu Kalinyamat,” kata Ratno Lukito.

Sementara dalam catatan yang ditulis Fernao Mendez Pinto, menyebutkan dirinya mendapati utusan perempuan bangsawan tinggi dari Raja Demak. Kejadian ini ditulis Pinto saat berkunjung ke Banten pada 1544. Bangsawan tinggi dari Raja Demak tersebut tidak lain adalah Ratu Kalinyamat.

Lestari Moerdiyat, Ketua Yayasan Dharma Bakti Lestari yang menjadi lembaga pengusul Gelar Pahlawan Nasional Bagi Ratu Kalinyamat,  mengungkapkan, gagasan mengajukan gelar Pahlawan Nasional untuk Ratu Kalinyamat muncul sejak tiga tahun terakhir. Keinginan dilatarbelakangi oleh kecintaan akan sejarah bangsa.

Selain itu, latar belakang akademisnya juga  mendorong untuk meneliti dan menelisik lebih dalam tentang Ratu Kalinyamat. Setelah didiskusikan dengan sejawat di Jepara, gagasan ini kemudian mendapatkan dukungan, hingga berproses sampai sekarang.

Sementara itu, Sekretaris Daerah Jepara, Ir Sholih menegaskan, Ratu Kalinyamat sudah melekat pada kehidupan masyarakat Jepara. Pihaknya juga memastikan, Ratu Kalinyamat bukan mitos. Faktanya Ratu Kalinyamat adalah pemimpin Jepara perempuan. Bekas wilayah kerajaan Ratu Kalinyamat kini menjadi nama desa dan kecamatan.st

Written by Sunarto

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

GIPHY App Key not set. Please check settings

Publik Semarang Ingin Stadion Jatidiri Rampung Tahun Ini

Perempuan NU Doakan Pemilu Aman dan Damai