KARANGANYAR (Jatengdaily.com) – Volume air waduk Lalung di Desa Lalung, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Karanganyar, yang semakin menyusut membuat areal pertanian di sekitarnya mulai tak terairi. Ini karena memang waduk menutup aliran irigasi saat volumenya menipis.
Akibatnya para petani yang biasa mendapat pasokan irigasi dari Waduk Lalung mulai mencari alternatif. Ada di antara mereka yang mengganti tanaman palawija di Musim Tanam (MT) III ini, juga ada yang menanam padi namun menggunakan pengairan sumur yang berarti harus mengeluarkan biaya ekstra.
“Petani di sini memang baru saja panen beberapa minggu lalu. Namun setelah itu atau seminggu lalu, pasokan air irigasi mulai ditutup karena volume air waduk mulai sedikit di musim kemarau ini,” kata seorang petani di Desa Lalung.
Menurut Mbah Karto (70), warga setempat, bulan-bulan seperti sekarang memang sudah menjadi hal biasa ketika waduk mulai mengering. Dan petani biasanya juga paham, untuk menanam palawija. Bahkan di areal waduk yang kering juga bisa ditanami palawija.
“Kalau bulan-bulan seperti sekarang, Juni sampai Agustus memang Waduk Lalung mesti kering. Nanti bisa lebih kering lagi (kerontang). Ini sudah biasa dan malah bisa dimanfaatkan warga untuk menanam padi,” kata Mbah Karto (70).
Waduk Lalung menurut data teknis yang ada dibangun sekitar tahun 1940. Waduk ini mempunyai elevasi normal 164,75 meter dengan volume air normal sekitar 5 jutaan meter kubik. Namun pada musim kemarau ini, volumenya diperkirakan tinggal 700 ribu meter kubik. yds
GIPHY App Key not set. Please check settings