in

Ingat Nuzulul Quran, Lalai Peringatan dari Alquran

Oleh : Gus Anies Maftuhin

ITULAH kebanyakan dari kita. Senang membuat, mengadakan dan menghadiri acara peringatan Nuzulul Qur’an, tapi enggan ketika diajak memahami peringatan peringatan dari Al Qur’an. Terbukti majlis majlis ilmu dan halaqah halaqah taklim banyak yang kalah ramai dari acara peringatan Nuzulul Quran ini.

Memperingati, tapi enggan pada peringatannya. Kesalahkaprahan ini hendaknya menjadi renungan kita bersama. Al Quran diturunkan bukan untuk diperingati hari turunnya, tapi untuk diingat ingat isi dan kandungannya sebagai pedoman hidup kita di dunia ini agar kelak di akhirat bahagia.

AlQuran adalah kitab suci yang sangat sempurna. Hal ini ditegaskan Allah dalam firmanNya: “Kitab (Alquran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa.” (QS. Al-Baqarah [2]: 2).

Jelas sekali, Al Qur’an adalah Kalamullah yang berisi petunjuk atau pedoman hidup bagi umat manusia sebagai individu maupun sebagai masyarakat dalam seluruh sisi kehidupannya. Karena itu, sungguh celaka besar bila kita sampai enggan untuk menggunakannya. Apalagi bila sampai kita berani meragukan kesempurnaannya dari sisi manapun; tutur bahasa dan kandungannya. Bahkan berupa rupa mukjizat sudah sangat cukup untuk membuktikan kevalidannya sebagai firman dari Sang Pencipta untuk menjadi petunjuk hidup pada hamba ciptaanNya.

Sebagai muslim, kita memang layak berbangga dan bahagia dengan aneka macam syiar keagamaan bernuansa qurani . Rumah rumah tahfidz berdiri di berbagai penjuru negeri, lomba lomba tahfidz (hafalan Qur’an) menghiasi layar layar televisi, dan baru baru ini juga ada fenomena beramai ramai membaca Al Qur’an berjamaah di tepi jalan sebagai tawaran aksi; terlepas apapun yang menjadi motivasi dari kreatifitas ini.

Yang menarik lagi, saat ini banyak sekali sekolah sekolah yang menjadikan tahfid Qur’an sebagai tolak ukur prestasi dan syarat mendapatkan lisensi Beasiswa atau kemudahan kemudahan untuk menjadi pegawai pegawi di sejumlah instansi penting negeri ini.

Tak jarang saya juga mendengar ibu ibu dalam obrolannya di media sosial maupun di dunia nyata membagakan anak anaknya yang sudah hafal sekian juz meski masih duduk di pendidikan usia dini.

Hanya saja, saya sempat kaget juga dengan fakta bahwa tak sedikit anak anak seumuran SD dan SMP yang dibanggakan hafalan Qurannya ini ternyata shalat Subuhnya sering bersamaan dengan ketika mentari pagi mulai bersinar di pagi hari.

Kontras dan kontradiktif. Hafalan mereka tak berkolerasi apapun dengan disiplin diri terhadap kewajiban kewajiban terhadap ilahi yang hukumnya wajib ditaati.

Adalah menjadi ironis bila semangat dan syiar syiar qurani yang menghiasi negeri kita ini hanya menjadi tontonan penyenang hati, dan bukan menjadi tuntunan hati untuk menjadi hamba yang sejati.

Mari kita jadi syiar syiar qurani yang sudah membumi di negeri kita ini menjadi momentum untuk membangun kehidupan berbangsa dan bernegara secara lebih baik lagi, yakni dengan upaya untuk bersama sama dan berlomba lomba mempelajari, memahami dan mengamalkan pedoman pedoman hidup dari Al Qur’an yang tengah marak kita peringati turunnya di pertengahan Ramadan ini.

*Pengasuh Pondok Pesantren Wakaf Literasi Islam Indonesia (WALI) Salatiga dan Pegiat Literasi Islam. Akun IG : @gus_anies. Jatengdaily.com-st

Written by Jatengdaily.com

Percepat Digitalisasi, Telkom Buka 11 Bidang Pekerjaan untuk 250 Posisi

Haul KH Wahid Hasyim ke-69, Puan: Ulama Pemikir-Pejuang Sahabat Bung Karno