in

Tradisi Wiwitan, Berharap Berkah Awal Tanam Padi Diniati Doa

Bupati Demak dr Hj Eisti'anah SE saat mencoba mesin penanam padi otomatis pada acara FFD yang dirangkai dengan Tradisi Wiwitan di Desa Harjowinangun Dempet.Foto:dok

DEMAK (Jatengdaily.com) – Dewi Sri sebagai Dewi Padi yang merupakan simbol kesuburan serta turut menentukan kemakmuran suatu wilayah mungkin kini hanyalah dongeng. Namun bagi sebagain masyarakat, Tradisi Wiwitan yang ditujukan pada Dewi Sri masih perlu dilakukan, berharap agar tanaman padi di lahan pertanian mereka subur dengan panen berlimpah.

Seperti dilakukan petani Desa Harjowinangun Kecamatan Dempet Kabupaten Demak, Rabu (15/11/2023). Dipimpin langsung oleh Kades Harjowinangun Siswanto, Tradisi Wiwitan diawali dengan panjatan doa. Namun bukan ditujukan kepada Dewi Sri, melainkan kepada Allah SWT sebagai satu-satunya Dzat yang menciptakan alam semesta berserta isinya.

Untuk menambah khusuknya prosesi, saat pembacaan doa yang dilakukan Kades Siswanto dengan mengelilingi lahan yang akan ditanami padi, dibakar pula dipantau kemenyan. Agar doa yang dimohonkan terkabul, sama halnya tapa bisu, selama mengelilingi lahan juga tidak boleh seorang pun mengajak bicara Kades Siswanto.

“Tradisi Wiwitan ini sebagai ungkapan syukur atas hasil panen yang melimpah, dan permohonan diberikan hasil yang lebih untuk musim tanam berikutnya. Maka itu pada tradisi Wiwitan ini juga ada semacam sesajen lengkap dengan nasi kluban atau gudangan serta ingkung ayam, yang sebenarnya merupakan ungkapan syukur kami atas hasil panen yang melimpah karena kalis atau terhindar dari aneka hama,” ujar Kades Siswanto, saat dikonfirmasi soal Tradisi Wiwitan tersebut.

Selesai tradisi Wiwitan dilakukan, tanam padi pun dimulai. Turut hadir ada acara yang dirangkai dengan Farmers Field Day (FFD) tersebut dan terjun langsung melakukan tanam padi di lahan bengkok Pemdes Harjowinangun tersebut Bupati Demak dr Hj Eisti’anah SE, Dandim 0716/Demak Letkol Kav Maryoto, serta Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Demak H Agus Herawan SIP MM. Di samping pula Plt Camat Dempet Sarkawi.

Beda halnya penanaman padi yang biasa dilakukan secara manual, tanam padi serentak bersama Bupati Eisti’anah dilakukan menggunakan mesin alsintan penanam padi otomatis atau rice transplanter. Meski lebih cepat selesai menggunakan mesin modern, namun bupati mengatakan, tidak semua kegiatan penanaman padi harus menggunakan mesin.

“Saat musim tanam tiba, tak ada salahnya tetap menggunakan tenaga manusia atau padat karya. Dengan begitu dapat tercipta lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Sehingga dapat membantu ekonomi dan demi kesejahteraan bersama,” kata bupati.

Setelah sempat tertunda oleh adanya musim kemarau panjang efek fenomena El Nino, Bupati Eisti’anah bersyukur masa tanam padi di Kabupaten Demak kembali normal. Seiring terlah turunnya hujan, sehingga ketersediaan air irigasi semakin bertambah. Sehingga persoalan irigasi pertanian sedikit banyak teratasi.

Sedangkan terkait ketersediaan pupuk bersubsidi yang cukup, Bupati Eisti’anah juga mengimbau petani menggunakannya sesuai aturan. Sambil pada saat sama mengapkikasikan pula pupuk organik, agar ketersediaan unsur hara yang mempengaruhi kesuburan tanah tetap terjaga.

Di sisi lain, Agus Herawan menambahkan, pelaksanaan MT 1 dilaksanakan di 38.000 hektar sawah. Baru terlaksana di sekitar 8.000 hektar lahan. “Sebagian sudah masuk tahap persemaian atau pembibitan. Hal tersebut akibat pengaruh ketersediaan air, sehingga tidak dapat dilaksanakan secara bersama sama,” pungkasnya. * Rie-st

Written by Jatengdaily.com

Hasil Sensus Pertanian 2023 akan Segera Dirilis

Memangkas Rantai Distribusi Pangan, Pj Gubernur Jateng Apresiasi Toko Pandawa Kita