Loading ...

Perlahan Menggerakkan Ekonomi Lokal

0
laeli sugiyono bps jateng

Oleh: Ir Laeli Sugiyono MSi
Statistisi Ahli Madya
BPS Provinsi Jawa Tengah

SEJAK COVID-19 memapar bumi Medang Kemulan pada awal Maret 2020, UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) Jawa Tengah secara signifikan terdampak pandemi. UMKM tersebut terdampak baik dari sisi penawaran/produksi maupun sisi permintaan. Dari sisi penawaran, pasokan bahan baku baik domestik maupun impor terhambat. Sedangkan dari permintaan, banyak pesanan dibatalkan dan jumlah pembelian turun drastris.

Pembangunan dan pertumbuhan UMKM merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam penggerak pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah.

Data Kementrian Koperasi dan UKM menyebutkan, jumlah UMKM pada tahun 2018 sebanyak 64,19 juta usaha atau sekitar 99,99 persen dari total unit usaha di Indonesia, Hasil SE 2016. Lanjutan mencatatat jumlah keseluruhan pelaku usaha Jawa Tengah tahun 2017 ada sebanyak 4.174.210 unit. Dari jumlah itu, untuk usaha besar 3.358 unit, usaha menengah 39.125 unit, usaha kecil 354.884 unit, dan usaha mikro 3.776.843 unit, sedangkan jumlah UMKM tercatat sekitar 4 jutaan atau lebih dari 99 persen dari total keseluruhan pelaku usaha di Jawa Tengah.

Salah satu upaya mengurangi disparitas pendapatan antar wilayah adalah pengembangan potensi ekonomi lokal berdasarkan jumlah UMKM yang dimiliki masing-masing daerah terutama daerah tertinggal. Untuk menggerakkan UMKM di Jawa Tengah harus dimulai dengan menggerakan kegiatan industri pengolahan di daerah perkotaan dan usaha sektor pertanian sebagai basis ekonomi perdesaan.

Kedua kegiatan ekonomi tersebut menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah. Selain itu, sektor pariwisata juga digadang gadang menjadi alternatif pemicu pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah. Ini cukup beralasan karena di dukung dengan potensi destinasi pariwisata yang tersebar hampir di setiap wilayah kabupaten/kota di Jawa Tengah.

Baca Juga  Lebih dari Sekadar Alamat: Studi Ungkap Kode Pos Anda Bisa Memprediksi Risiko Kredit

Pariwisata

Industri pariwisata di Jawa Tengah harus mulai digerakkan secara selektif, terbatas dan menerapkan protokol kesehatan yang ketat, yang dimaksud dengan selektif adalah adanya prioritas untuk lokasi pariwisata yang dibuka misalnya wisata pantai, wisata hutan, wisata taman, wisata candi dan sejenisnya. Prioritas diberikan kepada kegiatan pariwisata di tempat yang terbuka. Untuk itu perlu didukung kegiatan hotel dan restoran, jasa transportasi, UMKM dan sebagainya.

Pengertian terbatas adalah lokasi wisata yang telah dibuka tersebut dibatasi baik jam operasi, jumlah pengunjung, jumlah pengelola, dan kegiatan pendukung seperti warung-warung makanan di sekitar lokasi wisata. Selanjutnya perlu juga diterapkan protokol kesehatan secara ketat, baik wajib menggunakan masker, cek suhu badan, cuci tangan, dan jaga jarak, serta hindari kerumunan.

Di samping sektor pariwisata, sektor jasa pendidikan bisa juga menjadi cadangan alternatif pendukung yang cukup potensial dalam menggerakan ekonomi Jawa Tengah. Jasa pendidikan, khususnya pendidikan tinggi, harus mulai berani menerapkan kuliah offline (luring) secara terbatas, Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang besar di Jawa Tengah dapat melakukan uji coba kuliah offline (luring) secara selektif dan terbatas. Bebarapa mata kuliah di program studi dipilih dengan jumlah 10 mahasiswa yang berdomisili di Jawa Tengah dapat dicoba kuliah luring.

Kuliah tersebut juga sekaligus dikoneksikan melalui Zoom atau MS Teams sehingga dapat diakses melalui Youtube oleh mahasiswa baik di dalam maupun luar kota secara online (daring). Jika uji coba tersebut lancar, maka dapat dicoba dengan mengundang secara terbatas dan bertahap mahasiswa yang tinggal di luar Jawa Tengah. Kondisi ini secara perlahan dapat menggerakkan ekonomi lokal di Jawa Tengah.

Baca Juga  TNI – Polri, Lokomotif Pendukung Penanganan Krisis Pangan, Energi dan Finansial

Lembaga pemerintah dan swasta juga harus berpartisipasi untuk menggerakkan ekonomi lokal Jawa Tengah. Partisipasi tersebut dapat direalisasikan dengan mulai melakukan rapat dan sejenisnya secara luring, terbatas, dan di luar kantor (misalnya hotel). Individu dan rumah tangga juga dapat berpartisipasi, misalnya dengan makan di restoran, berwisata lokal dan sejenisnya. Satu hal yang wajib ditaati adalah protokol kesehatan yaitu kenakan masker, cuci tangan, jaga jarak dan hindari kerumunan.

Selain itu, guna mendukung dan memulihkan ekonomi Jawa Tengah, tiga program prioritas yang digadang-gadang Pemprov Jateng menjadi pengungkit pertumbuhan ekonomi, yakni pengembangan Kawasan Industri Kendal (KIK), Kawasan Industri Brebes, dan pengelolaan sektor pariwisata. Jatengdaily.com-yds

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *