in ,

Sikap Warga Jawa Tengah di Masa Pandemi COVID-19

Oleh: Laeli Sugiyono
Statistisi Ahli Madya
BPS Provinsi Jawa Tengah

SIKAP dan perilaku disiplin dalam mematuhi protokol kesehatan COVID-19 merupakan syarat perlu pencegahan penyebaran dan penularan Virus Corona di masa pandemi. Bagaimana respon warga masyarakat Jawa Tengah fakta dan data terkait sikap perilaku disiplin ini akan dipaparkan dalam artukel berikut ini.

Sejak diumumkannya kasus terinfeksi COVID-19 di Jawa Tengah pada tanggal 13 Maret 2020, berbagai langkah antisipasi untuk menekan penyebaran virus telah dilakukan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, di antaranya adalah himbauan phisical-distancing, pemberlakuan bekerja dari rumah (work from home/ WFH), belajar dari rumah (study from home/SFH), mengurangi pusat kerumunan massa melalui penutupan pusat perbelanjaan dan tempat wisata, serta pengurangan kepadatan pekerja pada sektor Industri.

Akan tetapi tingkat penyebaran COVID-19 di Jawa Tengah masih tetap berlanjut. Kasus COVID-19 di Jawa Tengah hingga 7 Oktober 2020 tercatat 24.165 orang terkonfirmasi positif, 2.046 orang meninggal (8,47% dari yang terpapar), terkonfirmasi sembuh ada 18.120 (74,98% dari yang terpapar COVID-19).

Rilis BPS Provinsi Jawa Tengah terkait dengan dampak COVID-19 terhadap kondisi sosial demografi masyarakat Jawa Tengah menjadi penting untuk disebarluaskan. Ini dimaksudkan guna mendukung upaya percepatan penanganan Pandemi COVID-19 di wilayah Jawa Tengah. Informasi ini merupakan hasil Survei Sosial Demografi Dampak COVID-19 Jawa Tengah tahun 2020, yang menjadi sikap tanggung jawab dari kelembagaan BPS Provinsi Jawa Tengah terhadap publik.

Convinient, Voluntary, Snawball Sampling
Gambaran ringkas dari Survei Sosial Demografi COVID-19 (SSD COVID-19) di Jawa Tengah dirancang untuk kemudahan (convinient) dalam partisipasi aktif (voluntary) responden melalui survei daring dengan pendekatan metode getok tular (snowball sampling), yaitu responden yang telah mengisi survei secara sukarela bisa menginformasikan kepada kolega sejawat melalui grup media sosial seperti facebook, whatsapp, wechat , dan lain-lain.

Daftar pertanyaan dirancang untuk memenuhi kebutuhan informasi yang terkait dengan upaya penanganan wabah COVID-19. Keterbatasan survei metode online mengakibatkan terejadinya bias dibanding metode wawancara langsung.Keunggulan dari survei ini dapat memberikan kondisi terkini terkait karakateristik sosial demografi yang pemanfaatan datanya sebagai dasar pengambilan kebijakan percepatan penanganan COVID-19 di Jawa Tengah.

Struktur Responden
SSD COVID-19 di Jawa Tengah melibatkan sekitar 10.570 orang. Mereka menggunakan gadget dan atau handphone selular berbasis android juga laptop/desktop yang dihubungkan dengan jaringan internet dalam merespon survei ini. Responden tersebar di 6 wilayah eks karesidenan dengan komposisi yang hampir berimbang dengan rentang persentase dari 11,4% di Eks Karesidenan Pati hingga 24,2% di Eks Karesidenan Semarang.

Komposisi sebaran SSD COVID-19 di Jawa Tengah juga sebanding secara proporsional dengan komposisi proyeksi penduduk tahun 2020 yang menyebar menurut Eks Karesidenan berkisar 14,1% (Eks Karesidenan Pati) hingga 19,0% (Eks Karesidenan Semarang) dan 19,5% (Eks Karesidenan Pekalongan).

SSD COVID-19 di Jawa Tengah didominasi responden perempuan (52,8%) daripada laki-laki (47,2%), Sejalan dengan perkembangan Zaman yang memasuki era disrupsi Industri 4.0, ternyata responden SSD COVID-19 di Jawa Tengah didominasi generasi Milenial 46,9% (mereka yang lahir 1981-1994) disusul generasi X/ Gen-X 33,1%(mereka yang lahir 1961-1980), sementara generasi baby boomers (mereka yang lahir 1946-1960) 4,7%, generasi Z/Gen-Z 15,2% (mereka yang lahir 1995-2010). Meskipun mungkin agak kewalahan menghadapai teknologi atau gagap teknologi (gaptek), generasi Old atau generasi tradisionalis masih merespon sekitar 0,1% (mereka yang lahir 1922-1945).

Hasil Survei
Beberapa temuan yang menarik dari hasil Survei adalah warga Jawa Tengah sesuai dengan watak karakter orang Jawa yaitu: sendiko dawuh. Kalimat “sendiko dawuh” (bahasa Jawa Krama Inggil) yang kurang lebih artinya saya patuh kepada perkataan pimpinan, sangat melekat dalam pandangan hidup warga Jawa Tengah. Sendiko dawuh dulunya biasa dipakai oleh abdi dalem (pelayan) kerajaan ketika menerima perintah atau titah dari raja, “sendiko dawuh Gusti”.

Untuk kalangan ‘karyawan’ kerajaan, titah merupakan sesuatu yang mutlak harus dikerjakan sebagai bentuk pengabdian kepada raja, tanpa basa-basi penawaran atas instruksi tersebut. Mampu mengerjakan dan menyelesaikan dawuh berarti sebuah kehormatan bagi seorang abdi, karena ia dipercaya dan tidak sembarang orang mendapat kepercayaan tersebut.

Penerapan physical distancing mengacu instruksi Gubernur Jawa Tengah No. 1/2020 tentang Pembentukan “Satgas Jogo Tonggo” sebuah kebijakan mengatur kedisplinan warga untuk membatasi aktivitas keluar rumah.

Hasil SSD COVID-19 di Jawa Tengah mencatat 84,7% responden di Jawa Tengah mengetahui secara detail kebijakan physical distancing. Lebih dari dua per tiga (68,4%) responden sendiko dawuh menerapkan kebijakan physical distancing. Yang menarik di sini watak istri (perempuan) 74,1% lebih sendiko dawuh daripada laki-laki, 61,9%. Ini terkait budaya feminimisme perempuan Jawa. Istilah perempuan lebih enak didengar daripada wanita karena wanita dikonotasikan dengan wani ditoto (mau diatur-atur).

Kebersihan Pangkal Kesehatan
Kebersihan pangkal kesehatan: jika kita bersih maka kita akan terhindar dari kuman, virus dan berbagai penyakit. Kebersihan pangkal dari iman: karena Allah menyukai orang orang yg bersih dan menyucikan diri.

Hasil SSD COVID-19 di Jawa Tengah mencatat 8 dari 10 orang (81,0%) responden sering/selalu mencuci tangan dengan sabun dalam 20 detik. Perilaku cuci tangan dengan sabun lebih disukai warga Jawa Tengah daripada pengunaan hand sanitizer (65,1%).

Khawatir Terpapar COVID-19
Tahukah Anda? Perempuan (68,2%) Jawa Tengah lebih disiplin dalam menjaga kebersihan dengan sering selalu cuci tangan dengan sabun dibandingkan laki-laki (61,7%). Mengapa mereka lebih sering mencuci tangan dengan sabun selama 20 detik, terungkap bahwa karena terdorong rasa khawatir terhadap kesehatan diri sendiri yang dinyatakan oleh 47,2% responden yang melakukan sering cuci tangan dengan sabun tersebut. Lagi-lagi responden perempuan (51,8%) Jawa Tengah lebih bersikap khawatir darpada laki-laki (40,3%).

Sebanyak 8 dari 10 orang warga Jawa Tengah (82,8%) sering/selalu menggunakan masker ketika sedang berada di luar rumah. Seperti halnya disiplin dalam mencuci tangan dengan sabu, penggunaa masker juga karena didorong rasa khawatir yang dinyatakan oleh 86,2% responden yang menggunakan masker.

Isolasi Mandiri di Rumah
Tetap berdiam diri di rumah (stay at home) merupakan protokol kesehatan yang cukup efektif dalam pencegahan penyebaran COVID-19. Hal ini terungkap oleh responden laki-laki (46,1%) Jawa Tengah, tetapi justeru ini sangat efektif yang diungkap oleh responden perempuan (42,9%).

Transportasi Umum/Ojek Online
Dampak yang dirasakan pahit akibat pandemi COVID-19 adalah penggunaan sarana transportasi umum termasuk ojek online paling dihindari warga Jawa Tengah untuk mencegah tertularnya COVID-19. Ini terungkap oleh 84,5% responden.

Demikian hasil Survei Sosial Demografi COVID-19 di Jawa Tengah, yang belum semua terangkum dan akan dibahas pada artikel lanjutan: Sikap Warga Jawa Tengah Di masa Pandemi Covid-19. Semoga bermanfaat, Insya Allah. Jatengdaily.com-yds

Written by Jatengdaily.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

GIPHY App Key not set. Please check settings

Tingkat Kesembuhan COVID-19 jadi 77,3%

Zona Oranye Jangan Lengah