in

Hasad Sumber Penyakit Hati

Oleh : Nur Khoirin YD

Diriwayatkan dari Anas bin Malik dia berkata, “Ketika kami duduk-duduk bersama Rasulullah saw, tiba-tiba beliau bersabda, ‘Sebentar lagi akan datang seorang laki-laki penghuni Surga.’ Kemudian seorang laki-laki dari Anshar lewat di hadapan mereka sementara bekas air wudhu masih membasahi jenggotnya, sedangkan tangan kirinya menenteng sandal.

Esok harinya Nabi bersabda lagi, ‘Akan lewat di hadapan kalian seorang laki-laki penghuni Surga.’ Kemudian muncul lelaki kemarin dengan kondisi persis seperti hari sebelumnya. Besok harinya Rasulullah saw bersabda yang sama, ‘Akan lewat di hadapan kalian seorang lelaki penghuni Surga!’ Tidak berapa lama kemudian orang itu masuk sebagaimana kondisi sebelumnya, bekas air wudhu masih memenuhi jenggotnya, sedangkan tangan kirinya menenteng sandal dan kemudian masuk ke masjid.

Salah seorang sahabat, Abdullah bin ‘amr bin Ash penasaran, kayaknya orang ini biasa-biasa saja. Kemudian Abdullah ikut menginap selama 3 hari di rumahnya laki-laki anshar tersebut. Ia pura-pura ada masalah keluarga sehingga harus keluar dari rumah. Ketika tengah malam Abdullah bangun salat malam, diintiplah orang ini, ternyata masih tidur. Malam kedua masih sama, malam ketiga masih sama.

Malam ke 4 Abdullah pamit pulang dan tidak menemukan keistimewaan apa-apa pada orang ini. Lalu sambil pamit ia bertanya kepada si ahli surga ini, ibadah apa yang menyebabkan Nabi menyebutmu berkali-kali sebagai ahli surga?.

Dia menjawab, saya beribadah biasa-biasa saja, salat, puasa, zakat, baca al qur’an seperti orang lain pada umumnya. Lalu apa yang sitimewa? Hanya saja saya berusaha tidak HASUD, tidak iri dengan orang lain. Saya senang jika kawan saya maju dan sukses. (Hadits riwayat Ahmad ini dimuat dalam Kitab Zawajir ‘an iqtirofil kabair karya Ibnu Hajar Al-haitsami).

Bahaya Hasad
Hasud adalah salah satu penyakit hati (amradlul qulub) yang menjadi sumber kerusakan, diri, pergaulan, dan peradaban. Imam Al-Ghazali dalam kitab Bidayat Al Hidayah menyebutkan, bahwa ada tiga sifat hati yang sangat berbahaya, dimana sifat hati tersebut selalu muncul dari zaman ke zaman. Tiga sifat hati tersebut akan membawa kepada kebinasaan diri dan penyebab dari sifat-sifat tercela lainnya, yaitu: hasad (iri hati), riya (pamer), dan ujub (angkuh, sombong atau berbangga diri). Dari ketiga penyakit hati tersebut yang memiliki dampak paling dahsyat adalah “hasad” atau dengki.

Hasad adalah klaster problem jiwa yang memiliki dampak luar biasa bagi kehidupan diri, lingkungan, masyarakat, bahkan peradaban itu sendiri. Betapa banyak perkelahian, percekcokan, dan peperangan fisik dengan saling membunuh dan meniadakan, diakibatkan oleh munculnya sikap dengki.

Menurut Asy-Sya’rawi, penyakit jiwa bernama “hasad” benar-benar nyata. Al-Qur’an sendiri dengan jelas menyebut sifat ini. Dalam Alquran disebutkan tentang sikap sebagian ahli kitab terhadap Rasulullah Saw.
اَمْ يَحْسُدُوْنَ النَّاسَ عَلٰى مَآ اٰتٰىهُمُ اللّٰهُ مِنْ فَضْلِهۚ
“Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) karena karunia yang telah diberikan Allah kepadanya? (QS: an-Nisa: 54).

Hasad adalah perasaan hati yang tidak suka dengan nikmat atau rizqi yang diterima oleh orang lain. Tidak suka orang lain lebih maju, lebih pintar, lebih kaya, lebih terkenal dari dirinya. Sebaliknya, hatinya senang jika orang lain menerima musibah, celaka, atau jatuh bangkrut. Perasaan hasud, agar dia saja yang kaya, yang maju, yang jaya.

Maka di hasad rela melakukan apa saja, menghalalkan segala cara, kalau perlu membunuh, agar tujuannya tercapai. Jika sudah berhasil berkuasa, maju dan jaya, maka si hasud pasti sombong, pamer, menindas lawan-lawannya untuk memuaskan nafsu dendamnya.
Sifat hasad yang perusak inilah, maka Rasulullah Saw menyebut dengan jelas agar siapapun menghindari penyakit hati ini:
اِياَّ كُم وَالحَسَدَ فَاِنَّ الْحَسَدَ يَاْ كُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَاْ كُلُ النَّارُ الحَطَبَ
”Jauhkanlah dirimu dari hasad karena sesungguhnya hasud itu memakan kebaikan-kebaikan sebagaimana api memakan kayu-bakar.” (HR. Abu Dawud).

Hasad adalah penyakit hati tersembunyi yang dapat membahayakan manusia. Allah menyuruh kita untuk meminta perlindungan Allah darinya: wamin syarri hasidin idza hasad)“Dan dari kejahatan orang yang dengki apabila dia dengki” (Q.S. Al-Falaq: 5)

Meskipun hasad tidak terlihat secara kasat mata, namun efek terhadap jiwa dan tatanan sosial sangat nyata. Secara psikologi, hasad memiliki dampak-dampak buruk, diantaranya :

1) Membentuk jiwa yang tidak mau mensyukuri atas nikmat yang diberikan oleh Allah (kufur nikmat). 2) Menyiksa diri sendiri karena hatinya tak tenang yang disebabkan munculnya rasa tidak nyaman atas kebahagiaan orang lain. 3) Munculnya ghibah, fitnah dan dendam yang dapat menimbulkan perpecahan dalam keluarga dan ikatan persaudaraan sesama. 4) Munculnya kebencian dan permusuhan yang terus menerus.

Tebarkan salam dan silaturrahmi
Obat hasad adalah tebarkan salam dan silaturrahmi. Imam Ahmad dan at-Tirmidzi meriwayatkan hadits dari az-Zubair bin al-Awwam ra dari Nabi Saw, beliau bersabda:
دَبَّ إِلَيْكُمْ دَاءُ الْأُمَمِ قَبْلَكُمْ: اَلْحَسَدُ وَالْبَغْضَاءُ ، وَالْبَغْضَاءُ هِيَ الْحَالِقَةُ ، حَالِقَةُ الدِّيْنِ لاَ حَالِقَةُ الشَّعْرِ، وَالَّذِيْ نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لاَ تُؤْمِنُوْا حَتَّى تَحَابُّوْا، أَفَلاَ أُنَبِّئُكُمْ بِشَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوْهُ تَحَابَبْتُمْ؟ أَفْشُوا السَّلاَمَ بَيْنَكُمْ
“Penyakit umat-umat sebelum kalian telah menyerang kalian yaitu dengki dan benci. Benci adalah pemotong; pemotong agama dan bukan pemotong rambut. Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, kalian tidak beriman hingga kalian saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang jika kalian kerjakan maka kalian saling mencintai? Sebarkanlah salam diantara kalian”. (HR. Tirmizi)

Salam disini bisa dimaknai kata-kata Assalamu’alaikum wr wb minimal. Tetapi bisa dimaknai lebih luas, tebarkan kedamaian, keselamatan, dan kekesejateraan bagi semua orang. Karena Islam adalah keselamatan dan rahmat bagi alam semesta. Seorang muslim adalah lebah, yang meskipun hinggap di kayu kering tidak patah, tetapi selalu memberi madu kehidupan kepada semua makhluk.

Sekarang ini masih dalam suasana idul fitri, gelar kita adalah al fitri. Suasana hati al fitri yang putih bersih tanpa noda adalah lebur, lebar, luber, dan labur. Lebar artinya bakdo, selesai, bar, lebar poso. Lebur , artinya dosa kita dilebur/diampuni, lebar artinya lapang dada, pemaaf, luber artinya rezekinya luber, berlebih, melimpah, bisa zakat sodaqoh, dan labur yang artinya dicat/dihias hati kita dengan ampunan dari Allah dan pemaaf, dihias badan kita dengan pakaian yang indah dan parfum yang wangi.

Setelah dosa-dosa lebur dibakar panasnya puasa, hubungan kita dengan Allah sudah bersih, maka hubungan dengan sesama manusia belum selesai. Allah tidak akan memberi maaf sebelum diselesaikan haqqul ‘adami. Tidak ada jalan untuk menebus kesalahan kepada manusia kecuali meminta dihalalkan. Caranya antara lain dengan halal bil halal dan silaturrahmi, baik yang dilakukan saling berkunjung ataupun dalam forum-forum khusus.

Tidak ada manusia yang sempurna. Manusia biasa, kita semua ini, tempatnya lupa dan dosa. Orang yang baik bukanlah yang tanpa dosa. Tetapi yang selalu merasa berdosa, orang yang selalu merasa dosa dan kesalahnnya lebih besar dibandingkan kebaikannya, sehingga selalu berusaha menambah-nambah kebaikan.

Semoga dalam suasana idul fitri ini, kita dijauhkan dari hasad dan iri hati. Semoga hati kita selalu diliputi mahabbah wa rahmah, saling cinta dan kasih sayang, selalu bersyukur dan qana’ah, agar nikmat-nikmat Allah terus melimpah.

Khuthbah Jumah 14 Syawal 1444H/5 Mei 2023M di Masjid Al Muqarrabin Bukit Permata Puri Ngaliyan Semarang

DR. H. Nur Khoirin YD., MAg, Ketua BP4 Propinsi Jawa Tengah/Dosen Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Walisongo/Advokat Syari’ah/Mediator/Arbiter Syari’ah/Nazhir Kompeten, Tinggal di Jl. Tugulapangan H.40 Tambakaji Ngaliyan Kota Semarang. Jatengdaily.com-St

What do you think?

Written by Jatengdaily.com

Pembuktian Ramadhan Sananta, Usai Skuat Garuda Muda Bungkam Myanmar di SEA Games 2023

Transformasi Tata Kelola Keuangan dan Fokus Tingkatkan Layanan Pelanggan, Kunci Sukses Kinerja Terbaik PLN Sepanjang Sejarah