in

Waspadai Inflasi, Yuk Jadi Ibu Bijak

Oleh: Lulu Lestari, SST
Fungsional Statistisi
BPS Kabupaten Cilacap

Situasi Ekonomi
Pandemi covid-19 melanda hampir semua wilayah di Indonesia termasuk Provinsi Jawa Tengah. Awal pandemi yang terjadi pada tahun 2020 membuat ekonomi masyarakat terpuruk, pengangguran meningkat, dan orang miskin bertambah. Ekonomi Jawa Tengah mengalami kontraksi hingga 2,65 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Sektor yang paling parah terdampak adalah transportasi akibat adanya kebijakan pembatasan mobilitas masyarakat.

Dua tahun setelah pandemi kehidupan masyarakat berangsur pulih. Menurut Mentri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, kondisi perekonomian Indonesia tahun 2022 berada pada posisi yang stabil baik secara makroekonomi maupun fiskal-moneter. Namun, perlu diwaspadai juga krisis global yang dapat mempengaruhi kondisi ekonomi dalam negeri. Salah satunya adalah kondisi ekonomi Cina yang ikut memberikan andil terhadap lesunya ekonomi dunia.

Cina sebagai negara dengan ekonomi terkuat ke-dua di dunia, masih terus berjibaku dengan pandemi covid-19 yang terjadi di negaranya. Ketatnya kebijakan lockdown untuk membatasi aktivitas masyarakat membuat perekonomian di negara tersebut belum kembali normal. Bank Dunia meramalkan pertumbuhan ekonomi Cina hanya bisa menembus angka sekitar 2,7 persen, jauh di bawah target pemerintah Cina yang mematok angka sekitar 5,6 persen untuk pertumbuhan ekonomi di tahun 2022.

Selain itu, terjadinya perang Rusia-Ukraina menyebabkan krisis energi dan krisis pangan yang dirasakan hampir di seluruh dunia. Yang utama adalah menurunnya pasokan minyak mentah dan gandum. Keterbatasan pasokan itulah yang mendongkrak harga BBM (bahan bakar minyak). Kenaikan BBM di Indonesia sudah dirasakan sejak September 2022 yang berdampak pada kenaikan harga komoditas pokok lainnya.

Tren Inflasi Jawa Tengah
Inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus. Provinsi Jawa Tengah pada bulan November 2022 mengalami inflasi sebesar 0,15 persen. Barang-barang yang mengalami kenaikan harga sebagaian besar adalah bahan makanan yaitu: telur ayam, minyak goreng, daging ayam, dan beberapa jenis sayuran seperti tomat, sawi, dan brokoli.

Tidak hanya itu, kebutuhan lain juga mengalami kenaikan yang cukup tinggi yaitu ongkos angkutan udara. Bahkan jika dibandingkan dengan kondisi tahun lalu, November 2021, kondisi inflasi Jawa Tengah berada pada posisi 5,81 persen. Padahal Bank Indonesia (BI) menetapkan kisaran inflasi normal berada pada range 2-4 persen. Fenomena tersebut sebenarnya sejalan dengan kondisi ekonomi yang dialami oleh Indonesia dan negara-negara dunia. Kenaikan inflasi secara ekstrim dapat berpengaruh langsung terhadap kenaikan suku bunga dan akan berujung pada kelesuan ekonomi secara menyeluruh.

Peran Ibu
Kenaikan harga barang dan jasa pada tahun 2022 diprediksi akan terus berlanjut pada tahun 2023. Para ekonom memperkirakan bahwa krisis global akan melanda tahun depan. Salah satu ancaman terbesarnya adalah terjadinya PHK besar-besaran sehingga pengangguran semakin bertambah. Ancaman lain adalah menurunnya pendapatan keluarga akibat PHK tersebut. Sebagai pondasi utama dalam keluarga, seorang ibu harus mengambil peran penting untuk mewaspadai ancaman-ancaman tersebut.

Dari sisi pendapatan, ibu yang tidak bekerja dapat menambah penghasilan keluarga dengan membuka Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Pengalaman membuktikan bahwa pada saat krisis global tahun 2008, Indonesia dapat bertahan salah satunya dengan keberadaan UMKM ini. Berdasarkan data dari Kementrian Koperasi dan UMKM saat ini di Indonesia terdapat lebih dari 64 juta UMKM yang beroperasi.

Penyerapan tenaga kerja di sektor UMKM juga besar. Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa UMKM mampu menyerap 97 persen pasar tenaga kerja di Indonesia dengan memberikan kontribusi sekitar 60 persen terhadap perekonomian secara menyeluruh.

Dari sisi pengeluaran, seorang ibu dapat mengelola keuangan keluarganya dengan lebih baik lagi. Peningkatan harga-harga baik barang maupun jasa harus disikapi dengan membuat skala prioritas kebutuhan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), penduduk Jawa Tengah pada tahun 2021 mengeluarkan biaya untuk konsumsi nonmakanan lebih besar dibandingkan konsumsi makanan (sekitar 51 persen).

Ibu harus membuat prioritas berdasarkan tingkat urgensi dari masing-masing item konsumsi nonmakanan yang harus dikeluarkan, seperti: pendidikan, kesehatan, perumahan. Selanjutnya, untuk konsumsi item sekunder pengeluarannya dapat lebih dibatasi seperti biaya untuk sandang, alat-alat rumah tangga, rekreasi, atau hajatan.

Dengan menekan konsumsi tersebut diharapkan ibu dapat menyimpan sisa pendapatan keluarga dalam bentuk tabungan tunai atau investasi yang aman. Menurut pakar ekonomi Universitas Gajah Mada (UGM), I Wayan Nuka Lantara, jenis investasi yang aman pada situasi sekarang ini antara lain: deposito, emas, surat berharga yang diterbitkan oleh negara, saham-saham pada perusahaan yang bergerak di industri consumer goods, kesehatan, bank, atau utilitas. Melakukan strategi dari sisi pendapatan maupun pengeluaran diyakini akan mampu membentengi keluarga dari imbas tingginya inflasi. Jatengdaily.com-st

Written by Jatengdaily.com

Untag Seminarkan Program Pengabdian Masyarakat Terintegrasi MBKM

Songsong Tahun Politik 2024, MUI Jateng Prioritaskan Halaqoh Bahas Fatwa Golput