in

Seminar Nasional Untag Semarang Bahas Penderitaan Yesus dari Perspektif Medis dan Psikologis

Untag Semarang melalui Persatuan Mahasiswa Kristen dan Katolik menggelar Seminar Nasional bertema "Perspektif Medis dan Psikologis Penderitaan Yesus", yang digelar di Grha Kebangsaan, baru-baru ini.Foto:dok

SEMARANG (Jatengdaily.com) – Penderitaan Yesus dalam peristiwa penyaliban bukan hanya menjadi pusat keyakinan dalam iman Kristiani, tetapi juga menyimpan dimensi historis dan ilmiah yang dapat dikaji secara rasional.

Sebagai wujud komitmen terhadap nilai kebhinekaan dan keberagaman, Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Semarang melalui Persatuan Mahasiswa Kristen dan Katolik menggelar Seminar Nasional bertema “Perspektif Medis dan Psikologis Penderitaan Yesus”, yang digelar di Grha Kebangsaan, baru-baru ini.

Kegiatan yang berlangsung dalam suasana reflektif dan intelektual tersebut menghadirkan dua narasumber kompeten di bidangnya, yaitu Dr. Susilawati Cicilia, MSc.He, dosen Fakultas Teknik Untag Semarang, dan Dr. Bobby Koamesh, MMR, MMPK, FISCM, FISPH, pakar dalam bidang biomekanika dan studi medis.

Seminar dimoderatori oleh Prof. Dr. Anggraeni, SH, MH, seorang guru besar hukum kesehatan dari Untag Semarang yang turut memberikan pengantar ilmiah dalam membuka diskusi.

Dalam presentasinya, Dr. Bobby Koamesh memaparkan penderitaan Yesus dari sudut pandang medis dan biomekanika tubuh manusia.

Ia menjelaskan bahwa metode penyaliban yang digunakan pada masa Romawi merupakan salah satu bentuk eksekusi paling kejam yang dirancang untuk memperpanjang rasa sakit hingga ajal tiba.

“Tubuh yang tergantung pada posisi tertentu selama berjam-jam akan mengalami tekanan luar biasa, mulai dari kesulitan bernapas, kram otot yang menyakitkan, dehidrasi parah, hingga kegagalan fungsi organ vital,” jelasnya.

Ia menambahkan, dari sisi medis, penderitaan ini mencerminkan bentuk siksaan ekstrem yang menyalahi batas kemanusiaan.

Sementara itu, Dr. Susilawati Cicilia mengangkat aspek psikologis penderitaan Yesus yang kerap terabaikan. Ia menyoroti beban batin yang dialami Yesus, dimulai dari peristiwa pengkhianatan, isolasi emosional, penyiksaan, hingga rasa keterasingan saat tergantung di kayu salib.

“Yesus tidak hanya menanggung penderitaan fisik, tetapi juga tekanan psikologis yang berat. Trauma emosional yang dialami menjadi gambaran nyata bahwa penderitaan-Nya bersifat menyeluruh—fisik, mental, dan spiritual,” ujarnya.

Prof. Dr. Anggraeni dalam sesi pengantar menekankan pentingnya pendekatan lintas disiplin untuk memahami makna terdalam dari peristiwa sejarah dan keimanan.

“Seminar ini menunjukkan bagaimana ilmu pengetahuan dapat berjalan berdampingan dengan spiritualitas. Kita diajak tidak hanya merenungi penderitaan Yesus secara iman, tetapi juga memahami secara ilmiah bagaimana penderitaan itu berdampak luas terhadap peradaban dan nilai kemanusiaan,” tegasnya.

Seminar ini berhasil menarik perhatian luas, baik dari kalangan mahasiswa maupun tamu undangan. Suasana ruang diskusi dipenuhi antusiasme peserta yang aktif mengajukan pertanyaan dan menanggapi paparan para narasumber.

Selain memperkaya pemahaman keagamaan, kegiatan ini juga membuka ruang dialog antarilmu dan antarkepercayaan dalam semangat kebangsaan dan toleransi.

Melalui kegiatan seperti ini, Untag Semarang kembali menegaskan perannya sebagai kampus nasionalis yang tidak hanya menjunjung tinggi nilai-nilai akademik, tetapi juga merawat keberagaman dan memperkuat semangat kemanusiaan di tengah pluralitas masyarakat Indonesia. St

What do you think?

Written by Jatengdaily.com

Soloraya Great Sale 2025 Bakal Jadi Percontohan Nasional

Wagub Taj Yasin dan Habib Bidin Meriahkan Unissula Bersholawat