SRAGEN (Jatengdaily.com)- Bertempat di Taman Batik Gading, Desa Pungsari, Kecamatan Plupuh, Kabupaten Sragen, Kelompok 1 tim Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN-T) 94 Universitas Diponegoro (Undip) memperkenalkan inovasi Sistem Aquaponik Cerdas.
Sistem ini sebagai solusi pertanian modern yang ramah lingkungan dan relevan bagi desa yang dikelilingi oleh aktivitas pengrajin batik.
Program ini menjadi upaya nyata mahasiswa dalam memperkenalkan pertanian berkelanjutan melalui pendekatan teknologi sederhana namun efektif.
Aquaponik adalah sistem pertanian terpadu yang menggabungkan budidaya ikan (akuakultur) dan tanaman tanpa tanah (hidroponik) dalam satu ekosistem sirkulasi air tertutup.
Limbah ikan yang kaya amonia akan diuraikan oleh bakteri menjadi nitrat, yang kemudian diserap oleh tanaman sebagai nutrisi, sekaligus menyaring air agar dapat digunakan kembali oleh ikan.
Berbeda dengan sistem konvensional, aquaponik cerdas memungkinkan pemantauan kondisi air dan nutrisi tanaman secara berkala melalui berbagai parameter kimia, seperti pH, amonia, nitrit, nitrat, suhu, kejernihan air, dan oksigen terlarut.
Dengan mengandalkan sensor dan pengukuran PPM (Part Per Million), sistem ini dapat memastikan nutrisi yang cukup untuk tanaman dan kondisi air yang sehat bagi ikan. Kangkung dan selada dipilih karena sesuai dengan karakteristik sistem dan rentang PPM idealnya telah diketahui.
Melalui penggunaan teknologi sederhana seperti pompa air hemat energi (24 watt) dan pengaturan waktu operasi, sistem ini juga dirancang agar efisien dalam konsumsi listrik, dengan estimasi biaya hanya sekitar Rp9.000 per bulan.
Sistem ini membuktikan bahwa teknologi pertanian tidak harus mahal dan dapat diterapkan di lingkungan perdesaan.
Kegiatan yang dihadiri oleh warga Desa Pungsari, Kecamatan Plupuh, Sragen, karang taruna, serta pengrajin batik ini diawali dengan edukasi tentang prinsip kerja sistem aquaponik, pentingnya parameter air, dan cara perawatannya. Tim KKN juga menyampaikan cara mengontrol nilai PPM—misalnya dengan mengganti sebagian air, menambah tanaman, atau menyesuaikan jumlah ikan dan pakan.
Peserta kemudian diajak melihat dan berinteraksi langsung dengan prototipe alat aquaponik, yang terdiri dari tangki ikan (berisi 100 benih lele), sistem filtrasi tiga tingkat dengan media tanam rockwool, netpot, dan tanaman kangkung serta selada. Sistem ini dirancang dengan posisi optimal di area teduh dan sirkulasi air teratur, memaksimalkan keseimbangan antara ikan, tanaman, dan mikroorganisme.
Program ini dikerjakan oleh delapan mahasiswa lintas jurusan yakni Aulia Mivta (dari Prodi Fisika), Fadhila Salsa (Fisika), Karina Manusama (Teknologi Pangan), Ivvana Aliya (Kimia), Ferantheo (Ilmu Kelautan), Rifqy Nurrahman (Teknik Elektro), Yoga Djohar (Teknik Mesin), dan Aidi Sulthan Nazira (Teknologi Rekayasa Otomasi). Dengan peran lintas ilmu tersebut, mereka berhasil merancang dan merealisasikan sistem yang tidak hanya berbasis konsep ilmiah, tetapi juga praktis dan dapat direplikasi oleh masyarakat desa.
Sebagai puncak kegiatan, tim KKN menyerahkan prototipe kepada pihak desa. Ketua kelompok 1, Aidi Sulthan Nazira, berharap semoga alat ini dapat dikembangkan atau bahkan menjadi program yang berdampak nyata bagi ketahanan pangan dan perekonomian warga Desa Pungsari. ”Kami ingin menunjukkan bahwa teknologi pertanian bisa dimulai dari desa, bisa cerdas, murah, dan tetap bermanfaat,” jelasnya.
Melalui kegiatan ini, mahasiswa KKN-T 94 Undip membuktikan bahwa pertanian modern berbasis teknologi tidak harus rumit atau mahal. Sistem aquaponik cerdas menjadi jembatan antara sains dan masyarakat, antara inovasi dan kebutuhan nyata. Program ini diharapkan dapat memantik inisiatif serupa di desa-desa lain, khususnya yang ingin mengembangkan pertanian tanpa mengganggu struktur sosial atau budaya lokal.
Dengan pemanfaatan teknologi yang terukur dan pendekatan edukatif, Desa Pungsari selangkah lebih maju menuju ketahanan pangan mandiri yang berkelanjutan.
Kegiatan ini juga dilakukan beriringan dengan program Workshop Batik Ceria yang digelar oleh tim KKN-T 94 di tempat yang sama.
Kolaborasi ini menunjukkan semangat sinergi antar program kerja, di mana masyarakat tidak hanya diajak melestarikan budaya batik, tetapi juga diperkenalkan pada teknologi pertanian berkelanjutan melalui aquaponik. she