in

Kabar Jawa Tengah Setahun Corona

Oleh: Nurul Kurniasih, SST
Statistisi Muda pada Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Pekalongan

MARET 2021, tepat setahun bangsa Indonesia hidup berdampingan dengan virus Corona. Tanggal 2 Maret 2020 lalu untuk pertama kalinya Presiden Joko Widodo dan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengumumkan munculnya kasus Covid-19 pertama di Indonesia. Sejak saat itu setiap langkah dalam keseharian kita seakan dihantui dengan ketakutan terinfeksi virus yang telah merenggut 36.721 nyawa ini. Segala upaya telah dilakukan untuk memperlambat penularan virus COVID-19. Mulai dari penerapan 3M, memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak yang diikuti dengan pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa daerah zona merah, hingga terakhir dikembangkan pola baru 5 M, memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan dan mengurangi mobilitas.

PSBB pun akhirnya disesuaikan menjadi PPKM, Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat yang dibuat lebih longgar agar roda perekonomian bisa berputar dengan sedikit lebih lega. Dihadirkannya vaksin Covid-19 menjadi angin segar tersendiri di antara segala upaya pembatasan penularan virus corona. Hingga saat ini program pemberian vaksin masih dilakukan bertahap di seluruh nusantara kepada sasaran-sasaran prioritas yang telah ditetapkan.

Angin segar pun mulai terasa, dilihat dari grafik kasus Covid-19 di laman covid19.go.id menunjukkan tren menurun sejak awal Februari 2021. Kasus yang mencapai titik puncak pada 31 Januari 2021 dengan jumlah kasus harian sebanyak 14.528 kasus, kini sudah turun menjadi 6.395 kasus pada 6 Maret 2021. Sayangnya, meski grafik kasus harian Covid-19 mulai menunjukkan tren menurun, imbas yang ditimbulkan virus ini pada berbagai bidang kehidupan belum sepenuhnya menunjukkan tren membaik. Pergerakan mobilitas penduduk yang terbatas membuat roda perekonomian belum bisa kembali berputar secara leluasa. Terlihat dari pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah yang selama satu dasawarsa terakhir rata-rata mampu tumbuh di atas 5 persen, kali ini tercatat mengalami kontraksi sebesar -2,65 persen, lebih dalam dari angka nasional yang mengalami kontraksi sebesar -2,07 persen.

Upaya pemerintah dalam pencegahan penularan virus Covid-19 seperti memakan buah simalakama. Pada satu sisi ingin melindungi kesehatan dan keselamatan masyarakat, tapi pada sisi lain berimbas pada berderitnya roda perekonomian. Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di beberapa daerah menyebabkan distribusi hasil industri masih terbatas. Upaya lain melalui phisycal distancing juga menyebabkan kesulitan tersendiri pada pola kerja pegawai. Imbasnya, pengurangan tenaga kerja dan pengaturan bahkan pengurangan jam kerja dalam suatu perusahaan harus dilakukan. Sektor perdagangan pun ikut lesu karenanya, begitupun sektor-sektor perekonomian lainnya tak bisa terelakkan dari ‘infeksi virus Corona’.

Efek domino dari virus Covid-19 pun akhirnya sampai pada kenaikan tingkat kemiskinan di Jawa Tengah. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada September 2020 tingkat kemiskinan di Jawa Tengah mengalami peningkatan 0,43 persen menjadi 11,84 persen dibandingkan Maret 2020. Hal ini berarti dalam waktu kurang dari satu tahun terdapat penambahan 139,03 ribu orang penduduk Jawa Tengah berada pada kondisi miskin, yaitu menjadi 4,12 juta orang.

Covid-19 menyebabkan semakin banyak orang mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya. Bagaimana tidak, melambatnya perputaran roda perekonomian akibat Covid-19 membuat banyak pelaku usaha harus mengurangi jam kerja, merumahkan sementara karyawan-karyawannya bahkan tak sedikit yang dengan terpaksa melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). BPS mencatat pada Agustus 2020 terjadi peningkatan jumlah pengangguran terbuka sebesar 2,04 persen dan juga peningkatan jumlah setengah pengangguran sebesar 3,24 persen dibandingkan kondisi pada pertengahan 2019. Selain peningkatan jumlah pengangguran, dampak pandemi juga menyebabkan 3,19 juta penduduk Jawa Tengah mengalami pengurangan jam kerja, yang tentunya diikuti dengan berkurangnya pendapatan.

Upaya pemerintah Jawa Tengah dalam mencegah semakin luasnya penularan virus Covid-19 sebenarnya juga tidak sedikit. Melalui Surat Edaran bernomor 440/0005942 pada tanggal 14 Maret 2020, Gubernur Jawa Tengah menyampaikan diperlukan upaya pencegahan dan pengendalian virus Covid-19 melalui empat langkah. Pertama, masyarakat dihimbau tetap tenang dan menjaga kesehatan. Kedua, diinstruksikan kepada semua Kades/Lurah untuk mengedukasi warga tentang pencegahan virus Corona, dan ajakan mencuci tangan menggunakan sabun, serta sukarela memeriksakan diri jika mengalami gejala seperti Corona (demam, flu, dll).

Ketiga, himbauan untuk mengurangi aktivitas yang menimbulkan kerumunan. Dan yang keempat adalah penyediaan tempat cuci tangan dan sabun di ruang publik (sekolah, tempat ibadah, mall, dll). Bukan hanya itu, pada April 2020, Ganjar Pranowo juga meluncurkan program Jogo Tonggo, yaitu gerakan saling menjaga tetangga di saat pandemi, yang meliputi gotong royong melawan penyebaran dan penularan Covid-19, jaring pengaman sosial dan keamanan serta jaring ekonomi. Untuk membantu agar roda perekonomian tetap berputar di masa pandemi, Jawa Tengah melakukan terobosan phisycal distancing di pasar rakyat agar pedagang tetap bisa berjualan dan masyarakat bisa tetap berbelanja dengan aman dan nyaman. Selain itu, Ganjar Pranowo juga membantu pemasaran produk-produk UMKM dengan mempromosikan melalui akun-akun sosial medianya dengan program ‘Lapak Ganjar’. Tak hanya itu, Pemprov Jawa Tengah juga telah menggelontorkan dana sebesar 38 milyar rupiah untuk membantu UKM yang terdampak corona.

Banyaknya upaya yang dilakukan Pemprov Jawa Tengah tak begitu saja sanggup untuk menbendung efek ‘infeksi virus Covid-19’ pada berbagai bidang. Banyaknya masyarakat yang masih kurang disiplin hidup dalam era new normal dimana harus menerapkan protokol kesehatan dimanapun dan kapanpun, membuat peredaran virus corona di Jawa Tengah sempat melesat dengan cepat. Akibatnya pemulihan kondisi perekonomian pun tertekan tak bisa ikut melesat. Hadirnya vaksinasi yang diluncurkan sejak Januari 2021 diharapkan menjadi penyambung sebuah harapan untuk menghambat perkembangan corona sehingga kondisi kehidupan masyarakat bisa berangsur pulih seperti sedia kala. Tentunya harus dibarengi dengan peran aktif dari masyarakat dalam mematuhi protokol kesehatan dalam setiap kegiatan dimanapun dan kapan pun. Jatengdaily.com–st

Written by Jatengdaily.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Dikukuhkan Guru Besar Untag, Prof Emiliana Ajak Dosen Ikuti Jejaknya

Gelar Muscab Gaya Baru, PKB Optimistis Tiga Besar di Pemilu 2024