Loading ...

Peserta Kemah Rohis Virtual Dibekali Literasi Digital Keislaman

0
kalis mardiasih

Kalis Mardiasih saat memberikan materi Penguatan Literasi Digital dalam Kemah Rohis Jateng II Virtual yang diselenggarakan Dewan Pengurus Wilayah Asosiasi Guru Pendidikan Agama Islam Indonesia (DPW AGPAII) Jawa Tengah. Foto:dok

SEMARANG (Jatengdaily.com) – Saat ini media Islam yang ada di internet tidak hanya berbentuk website, namun ada pula di berbagai media sosial seperti Facebook, Instagram, Youtube, Twitter dan yang terkini ada di Tiktok. Maraknya penyebaran media Islam ini menyebabkan anak muda dapat belajar agama melalui akun-akun dakwah di media online tersebut. Sehingga perlu anak muda milenial sekarang dibekali tentang literasi digital keislaman.

Hal tersebut disampaikan Kalis Mardiasih saat memberikan materi Penguatan Literasi Digital dalam Kemah Rohis Jateng II Virtual yang diselenggarakan Dewan Pengurus Wilayah Asosiasi Guru Pendidikan Agama Islam Indonesia (DPW AGPAII) Jawa Tengah, belum lama ini.

Wanita dengan profesi kolumnis dan gender spesialist di Jaringan Nasional Gusdurian tersebut juga mengutarakan bahwa media Islam terbagi menjadi berbagai macam jenis. Akan tetapi, anak muda perlu memilah mana media Islam yang benar dan layak diikuti.

“Jenis media Islam ada banyak. Lalu yang benar seperti apa? Apakah yang berjudul bahasa Arab, atau dengan simbol bendera hitam-hitam, atau dengan tokoh yang memakai peci/sorban, atau bahkan yang berbicara dengan bahasa Arab dapat dikatakan sebagai media islam yang benar dan layak difollow?,” ujar Kalis.

Beradasarkan analisis konten web Islam yang ia lakukan, menurut Kalis, web Islam yang tidak benar dapat dilihat melalui empat point. Pertama, media yang mempunyai perhatian besar kepada nasib sesama muslim di Negara lain. Umumnya tentang ketertindasan yang dialami muslim di Palestina, Suriah, Thailand, Irak, dan lain-lain. Sejatinya tidak ada yang salah dengan hal tersebut, namun yang salah adalah penyebaran konten yang bersifat provokasi dan hoaks.

“Sebetulnya tidak salah bahwa kita sebagai muslim memiliki semangat ukhuwah Islamiyah, tetapi yg salah adalah menggunakan gambar, video atau bahasa tekstual yang seram sehingga konten tersebut bersifat provokasi dan foto-foto yang digunakan adalah hoaks,” jelas wanita kelahiran Blora ini.

Baca Juga  Hendi Keluarkan Edaran Larangan Bepergian dan Wajib Karantina di Kota Samarang

Poin kedua adalah mendorong solidaritas sesama muslim dengan menanamkan semangat membela agama Islam baik di dalam maupun di luar Negeri. Ketiga, menekankan pada peraaaan tersingkirkan, tertindas dengan menyajikan kecurigaan pada adanya musuh dari luar Negeri yang hendak menghancurkan Islam. Keempat, Frame Bridging yaitu menggabungkan dua hal terkadang tidak berhubungan. Misalnya, penderitaan muslim lalu dikontekstualisasikan dengan kondisi Indonesia.

Pada akhir penyampaian sebelum memasuki sesi tanya jawab Kalis memberikan edukasi kepada peserta mengenai Critical Thinking (Baca: berpikir kritis). Ia berharap agar para peserta Kemah Rohis tidak dengan mudah menggeneralisasi informasi yang di terima.

“Critical Thinking dapat berguna agar tidak mudah menggeneralisasi suatu hal dengan tidak hanya membaca dari satu sumber saja. agar kita dapat mempertanyakan segala hal yang kita temukan di internet, sehingga dapat menyimpulkan informasi yang diperoleh dengan benar,” tegas Kalis. st

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *