in ,

2020, Ekonomi Jawa Tengah Lebih Parah Dibanding Nasional

Oleh : Tri Karjono
ASN BPS Provinsi Jawa Tengah

JUMAT, 5 Februari 2020 BPS telah merilis pertumbuhan ekonomi kuartal-IV dan kumulatif tahun 2020. Disampaikan bahwa ekonomi nasional selama empat kuartal yang tiga di antaranya yaitu kuartal pertama, kedua yang mengalami kontraksi yang tidak biasa serta keempat yang juga sedikit terkontraksi, mengakibatkan pertumbuhan ekonomi (PDB) secara kumulatif pada tahun 2020 berada pada angka minus 2,07 persen.

Walaupun sebenarnya pada kuartal ketiga mampu tumbuh sangat baik yaitu di atas rata-rata tren yang terjadi setiap tahun dengan 5,05 persen dan saat itu digadang-gadang menjadi titik balik pemulihan ekonomi, namun ternyata belum cukup mampu mengangkat tumbuhnya ekonomi secara tahunan menjadi di atas nol.

Situasi yang hampir sama terjadi pula pada ekonomi Jawa Tengah. Kita tahu bahwa salah satu provinsi andalan dan menjadi harapan untuk mendukung tumbuhnya ekonomi nasional pada level tinggi di antaranya adalah Jawa Tengah. Paling tidak selama lima tahun sebelumnya ekonomi Jawa Tengah mampu tumbuh di atas 5,2 persen, bahkan di beberapa tahun nyaris menembus angka 5,5 persen.

Angka tersebut selalu berada di atas PDB nasional. Oleh karenanya dengan melihat potensi tersebut, sebelum pandemi terjadi pemerintah pusat mendorong dan membangun berbagai infrastruktur serta mendorong iklim investasi di Jawa Tengah dengan harapan secara bertahap mampu tumbuh 7 persen pada tahun 2023 mendatang. Dengan begitu secara signifikan akan mampu mendongkrak ekonomi secara nasional.

Namun terjadinya pandemi membuyarkan segala harapan. Di samping secara global dan nasional, tahun 2020 seakan pula menjadi tahun terburuk situasi ekonomi Jawa Tengah sejak tahun 1998. Selama tahun 2020 ekonomi Jawa Tengah bahkan terkontraksi sebesar 2,65 persen setelah mampu tumbuh 5,40 di tahun 2019. Dari sini terlihat bahwa dampak pandemi COVID-19 benar-benar mampu menjadi mimpi buruk bagi perekonomian Jawa Tengah yang bahkan jika dibandingkan ekonomi nasional menunjukkan situasi yang tidak lebih baik.

Sumber Utama
Jika dilihat dari struktur perekonomian Jawa Tengah dari sisi lapangan usaha maka empat sumber tertinggi dari 17 sektor yang ada adalah sektor industri pengolahan, disusul sektor pertanian, perdagangan dan konstruksi. Keempat sektor ini saja telah mampu memberi kontribusi sebesar 73,86 persen terhadap PDRB Jawa Tengah. Dari keempat sektor tersebut industri pengolahan dengan perannya sebesar 34,52 persen menjadi superior diantara tiga yang lain yang jauh berada dibawah sektor industri pengolahan dengan masing-masing sebesar 14,30; 13,49 dan 10,55 persen.

Dari keempat sektor andalan tersebut hanya sektor pertanian yang secara konsisten mampu tumbuh positif. Seakan sektor ini tak bergeming sedikitpun walau diterpa pandemi. Di samping pertanian sebenarnya masih ada beberapa sektor yang mampu tumbuh positif. Namun beberapa sektor tersebut hanya merupakan sektor minoritas. Di antara sektor yang justru mampu tumbuh positif tersebut bahkan sedikit menonjol di saat pandemi ini adalah sektor informasi dan komunikasi serta jasa kesehatan dan kegiatan sosial.

Ini dapat dipahami bahwa dengan kebijakan pemerintah menerapkan belajar dan bekerja dari rumah serta kebijakan untuk mendorong terjaminnya kesehatan masyarakat telah mampu mendongkrak tumbuhnya kedua sektor ini.

Namun tumbuhnya sektor minoritas tersebut tidak mampu diikuti oleh tumbuhnya sektor besar di luar pertanian. Sektor industri yang terkontraksi sebesar 3,74 persen dengan andil minus 1,28 persen mampu memberi sumbangan terbesar bagi penyebab terkontraksinya ekonomi Jawa Tengah. Demikian pula dengan sektor perdagangan dan konstruksi yang menambah tekanan dengan andil masing-masing sebesar minus 0,55 dan minus 0,39 persen.

Bahkan sektor yang sebenarnya tergolong minoritas yang paling terdampak oleh situasi pandemi ini yaitu sektor transportasi dan pergudangan mampu memberi tekanan terbesar kedua setelah industri pengolahan yaitu minus 1,16 persen.

Dari sektor terdampak maupun yang mampu tumbuh baik di tengah pandemi ini, baik nasional maupun Jawa Tengah sebenarnya hampir sama. Sektor pertanian, sektor informasi dan komunikasi serta sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial secara nasional juga mampu tumbuh dengan baik. Walaupun sebenarnya pula pertumbuhannya tidak setinggi yang terjadi di Jawa Tengah.

Sektor paling terdampakpun juga sama yaitu sektor transportasi dan pergudangan. Namun tingkat keterpengaruhan pandemi terhadap ekonomi yang ditunjukkan oleh nilai PDB dan PDRB, terlihat bahwa ekonomi Jawa Tengah terlihat lebih tinggi.

Dari sisi lapangan usaha, struktur ekonomi Jawa Tengah dan nasional hampir mirip, hanya saja sektor industri pengolahan pada struktur nasional hanya mempunyai andil sekitar 19,88 persen, sementara ekonomi Jawa Tengah mampu dipengaruhinya dengan 34,52 persen. Jika keempat sektor tersebut pada level nasional hanya berpengaruh sebesar 57,22 persen terhadap total PDB, di Jawa Tengah keempatnya mampu memberi andil jauh lebih tinggi yaitu 73,88 persen.

Dengan membandingkan selisih kedua komponen tersebut yang hampir sama dapat diasumsikan bahwa sektor industri pengolahan menjadi sektor pembeda dalam mempengaruhi kondisi ekonomi kedua cakupan wilayah ini. Bisa dikatakan bahwa Jawa Tengah yang seperti halnya pula provinsi di Jawa, telah menjadi wilayah dengan sektor industri manufakktur sebagai basis ekonominya, sementara secara nasional masih dalam tataran menuju arah tersebut. Sehingga ketika sektor ini menjadi sektor yang semakin terdampak baik negatif maupun positif, maka akan menjadi pendorong pada situasi ekonomi yang berbeda.

Apalagi jika terjadi dampak yang lebih signifikan pada industri manufaktur dengan peran yang lebih tinggi seperti di Jawa Tengah. Ini dapat dilihat ketika industri manufaktur Jawa Tengah dalam perekonomian 2020 ini yang terkontraksi sebesar 3,74 persen, ternyata mampu memberi andil pada tumbuhnya ekonomi minus 1,28 persen, sementara industri manufaktur nasional yang terkontraksi 2,93 persen hanya mampu menekan pertumbuhan ekonomi sebesar minus 0,61 persen dan justru sektor transportasi dan pergudangan yang memberi andil terbesarnya.

Oleh karenanya jika ingin mengembalikan situasi ekonomi Jawa Tengah kembali menjadi seimbang atau bahkan kembali menjadi tumbuh lebih baik dari pertumbuhan ekonomi nasional salah satunya adalah dengan menjadikan sektor ini untuk tetap mendapat perhatian. Bujukan terhadap investor baik asing maupun lokal perlu ditingkatkan, karena sumber utama terkontraksinya ekonmi Jawa Tengah 2020 adalah investasi.

Di antaranya pula adalah menciptakan kreativitas masyarakat untuk produktif dari rumah serta dukungan kemudahan bagi permodalan dan pemasaran. Tentunya juga tanpa melepas perhatian terhadap sektor-sektor yang lain. Oleh karenanya penanganan terhadap intensitas penyebaran harus tepat untuk dapat memastikan bahwa pademi segera dapat berakhir tanpa menghambat aktivitas ekonomi masyarakat. Jatengdaily.com-yds

Written by Jatengdaily.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

GIPHY App Key not set. Please check settings

‘Jateng di Rumah Saja’, Gua Maria Kerep Ambarawa Tutup Sementara

Tenaga Kesehatan yang Belum Divaksinasi Masuk Status Tunda