in

Idul Fitri, Miniatur Kehidupan Surgawi

Prof Dr H Nur Khoirin MAg

Oleh : Nur Khoirin YD

IDUL fitri ini adalah momentum yang ditunggu-tunggu, hari yang indah, penuh kebahagiaan dan kesenangan, hari pertemuan dan silaturrahmi, hari yang penuh rahmat dan ampunan, hari yang penuh berkah. Idul fitri, artinya adalah kembali suci, jiwa kita menjadi suci kembali setelah sebulan dibakar dan dicuci dengan rasa haus dan dahaga puasa, qiyamullail, tadarrus Alquran, membayar zakat fitrah dan zakat mal.

Ramadan secara harfiyah artinya adalah membakar, yaitu membakar dosa-dosa kita. Maka doa yang selalu kita ucapkan ketika sedang berjabat tangan halal bil halal adalah “taqabbalallahu minal aidin wal faizin” (semoga Allah berkenan menerima ibadah kita, dan semoga kita termasuk orang-orang yang kembali bersih dan beruntung).

Hari ini juga disebut lebaran, atau “bodo/bakdo”. Artinya lebar atau selesai, yaitu selesai puasa bulan Ramadan. Selesai ngeker/imsak dari makan minum dan dari semua yang membatalkan puasa, hari ini bahkan diharamkan puasa. Lebaran juga dekat dengan kata lebur (dosa kita dilebur/diampuni), lebar (lapang dada, pemaaf), luber (rezekinya luber, berlebih, untuk zakat dan sodaqoh), labur (dihias hati kita dengan ampunan dari Allah dan pemaaf, dihias badan kita dengan pakaian yang indah dan parfum yang wangi).

Hari kebahagiaan, kesenangan, pertemuan, dan ampunan

Hari Idul Fitri ini juga disebut dengan yaumus sa’id, yaumus surur, yaumul laiq, dan yaumul maghfur.
Yaumus sa’id, yaitu hari yang penuh dengan kebahagiaan. Kita sekarang ini diliputi kebahagiaan karena kita telah berhasil menjadi pemenang dalam pertempuran melawan hawa nafsu, jihadun nafsi, jihad akbar. Kita telah lahir kembali menjadi manusia yang baru, dengan hati yang baru, hati yang lemah lembut, penuh kasih sayang, hati yang selalu berdzikir, dan akal yang selalu berfikir positif untuk kebaikan dan kemajuan hidup sesama.

Yaumus surur, artinya hari yang penuh kesenangan dan kegembiraan. Hari ini kita semua mengenakan pakaian yang baru, model terbaru, berwarna warni, parfum yang wangi. Di rumah juga tersedia masakan berbagai menu, toples-toples penuh kue tertata rapi di meja tamu, untuk menjamu siapa saja yang bertamu. Hari ini semua wajah berseri, tersenyum ramah, tiada dendam dan dengki, tiada permusuhan dan iri hati, semua merasa bersalah, rendah hati, dan saling memaafkan.

Hari ini juga disebut yaumul laiq, artinya hari pertemuan. Hari ini adalah hari pertemuan sanak saudara dan kawan, hari melepas rindu yang lama terpendam, hari silaturrahmi, merajut kesetiakawanan dan persaudaraan. Kemaren kita saksikan jalan-jalan penuh dengan berbagai jenis kendaraan, sepeda motor dan mobil-mobil pribadi merayab di jalan raya, angkutan umum darat, laut, udara, semuanya penuh sesak dengan penumpang dengan barang-barang bawaan.

Mereka para pemudik ini rela berkorban waktu, biaya, tenaga, dan bahkan mempertaruhkan keselamatan jiwa, demi satu tujuan, melepas rindu kampung halaman dan bertemu dengan orang tua, kerabat, dan rekan.
Mudik adalah bukti nyata, bahwa silaturrahmai adalah kebutuhan jiwa setiap orang. Silaturrahim ini adalah ajaran Islam yang indah, memanjangkan umur dan melapangkan rizki. Benarlah Sabda Nabi saw : Man arada anyubsatha lahi fi rizqihi wa anyunsya’a lahu fi atsarihi faluasihil rahimahu. (barangsiapa menghendaki dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah bersilaturrahim).

Hari ini adalah yaumul maghfur, hari pengampunan dari Allah swt. Sebagaimana sabda Nabi saw : Man shoma ramadhana imanan wah tisaban ghufiro lahu ma taqaddama min dzanbihi wama ta’akhkhar. (barang siapa berpuasa ramadhan dengan penuh keimanan dan keikhlasan, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan yang akan datang). Hari ini kita ibarat bayi yang baru lahir, putih bersih, tanpa noda dan dosa, karena telah dihapus oleh Allah swt.

Miniatur Surgawi

Suasana idul fitri, inilah barangkali sedikit dari gambaran kehidupan surgawi, yang kita nantikan di akhirat nanti, kehidupan yang penuh kesenangan dan kebahagiaan, kehidupan yang penuh kenikmatan dan kasih sayang, tidak ada kebencian, semua saling memaafkan dan tidak ada dendam, semua orang berebut kebajikan, disediakan menu-menu kue dan makanan, bukan untuk disimpan, tetapi ditawarkan bagi siapa saja yang mau makan, semakin banyak dimakan akan semakin membahagiakan. Semua orang mengaku salah dan berebut saling memaafkan.

Kebiasaan-kebiasaan baik dibulan Ramadhan dan idul fitri inilah yang harus kita teruskan dihari-hari kedepan. Karena kasih sayang adalah inti dari ajaran Islam. Islam diturunkan adalah untuk menjadi rahmat bagi semesta alam. Allah swt berfirman : Wama arsalnaka illa rahmatan lil’alamin. (tidak aku utus seorang Rasul kecuali menjadi rahmat bagi semesta alam). Rahmat artinya adalah kasih sayang, kebaikan, perlindungan, dan kebahagiaan. Alam semesta tidak terbatas makhluk manusia, tetapi juga hewan dan tumbuh-tumbuhan.

Dalam ajaran Islam, kita dilarang menyiksa binatang, memelihara binatang harus diberi kandang atau kurungan yang mirip dengan lingkungan aslinya dan makanan aslinya yang cukup. Dalam Hadits Nabi yang terkenal diriwayatkan, ada seorang perempuan masuk neraka, gara-gara mengurung kucing mati karena tidak diberi makan. Kita juga dilarang merusak tumbuh-tumbuhan, merusak hutan dan lingkungan.

Semoga Idul Fitri ini kita lahir manjadi manusia yang baru, dengan hati yang baru, dengan semangat yang baru, hubungan baru yang lebih erat bersatu, untuk menyongsong masa depan baru, yang penuh dengan kebahagiaan dan kemulyaan. Taqabbalallu minna waminkum fi kulli ‘ami wanahnu bikhoirin. Amin. Tambakaji, 29 Ramadan 1443H/1 Mei 2022M

DR. H. Nur Khoirin YD., MAg, Ketua BP4 Propinsi Jawa Tengah/Dosen Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Walisongo/Advokat Syari’ah/Mediator/Arbiter Syari’ah, Tinggal di Jl. Tugulapangan H.40 Tambakaji Ngaliyan Kota Semarang, Telp. 08122843498. Jatengdaily.com-st

Written by Jatengdaily.com

Kenang 1.000 Hari Wafatnya Mbah Moen, Santri Gayeng Gelar Bukber

Penumpang di Bandara Soekarno Hatta; Tahun Ini Lebih Tinggi Dibanding Mudik 2019