Scroll Top
19th Ave New York, NY 95822, USA

Bahasa dan Budaya Jadi Jembatan Dunia: FBB UNTAG Semarang Gelar Konferensi Internasional ICONLICE 2025

img_1759795321247

SEMARANG (Jatengdaily.com) – Bahasa dan budaya bukan sekadar simbol identitas bangsa, melainkan jendela untuk memahami manusia dan peradaban. Dari dua hal inilah, Fakultas Bahasa dan Budaya (FBB) Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Semarang memulai langkah besarnya melalui International Conference on Language, Literature, Culture, and Education (ICONLICE) 2025, yang untuk pertama kalinya digelar secara daring, awal Oktober ini.

Dengan mengusung tema “Global Citizenship: Building Inclusive Societies through Language, Culture, Literature, and Education,” konferensi ini menghadirkan semangat baru untuk menjadikan bahasa, sastra, budaya, dan pendidikan sebagai jembatan menuju masyarakat global yang saling menghargai dan terbuka.

Lebih dari 130 peserta dari berbagai negara dan daerah di Indonesia bergabung dalam forum internasional ini. Para akademisi, peneliti, dan mahasiswa bertemu secara virtual untuk bertukar gagasan lintas disiplin dan lintas bangsa—membahas bagaimana bahasa dan budaya mampu menyatukan manusia di tengah tantangan global seperti intoleransi, kesenjangan sosial, hingga konflik identitas.

Dekan Fakultas Bahasa dan Budaya UNTAG Semarang, Prof. Yosep Bambang Margono Slamet, Ph.D., dalam sambutannya menekankan pentingnya membangun dialog lintas budaya yang tulus dan berkelanjutan.

“Bahasa bukan hanya alat komunikasi, tetapi ruang untuk membangun empati dan saling pengertian. Saat bahasa dan budaya menjadi jembatan, bukan tembok, maka peradaban akan tumbuh dengan damai,” ujarnya penuh makna.

Sebagai keynote speaker, Prof. Yosep memaparkan materi berjudul “One Soul, Two Faiths: A Narrative of the Spiritual Journey of a Sumba Student.”

Ia menceritakan perjalanan spiritual seorang mahasiswa asal Sumba yang menemukan makna toleransi dan kasih melalui keberagaman iman. Narasi itu menjadi cermin tentang bagaimana pendidikan dan budaya mampu menumbuhkan karakter warga dunia yang inklusif dan berbelas kasih.

Konferensi ini juga menghadirkan sejumlah pembicara internasional yang memperkaya perspektif global.

Prof. Yudha Tianto dari Calvin Theological Seminary, Amerika Serikat, membahas “Malay Language in the Eyes of the Dutch East India Company (VOC),” menelusuri bagaimana bahasa Melayu berperan sebagai alat interaksi lintas bangsa pada masa kolonial.

Dr. M. Mary Jayanthi dari Holy Cross College, India, lewat topiknya “Conscious Communication for Global Understanding and Inclusion,” mengajak peserta membangun komunikasi yang sadar akan keberagaman.

Prof. Seunghun Lee dari International Christian University, Jepang, memaparkan “Promoting Linguistic Research for Social Inclusion: Case from Asia and Africa,” yang menyoroti riset bahasa sebagai sarana pemberdayaan sosial lintas benua.

Tak hanya menjadi ruang diskusi, ICONLICE 2025 juga membuka Call for Papers yang diikuti para dosen, peneliti, dan mahasiswa dari dalam serta luar negeri. Melalui karya ilmiah yang dipresentasikan, para peserta berkontribusi memperluas wawasan tentang peran bahasa, sastra, dan pendidikan dalam memperkuat nilai-nilai kemanusiaan dan keberagaman.

Lebih dari sekadar konferensi, ICONLICE 2025 menjadi manifestasi komitmen FBB UNTAG Semarang untuk aktif berperan dalam percakapan global tentang inklusivitas dan perdamaian. Dari ruang-ruang akademik di Semarang, gema konferensi ini melintasi batas geografis dan budaya—menegaskan kembali bahwa melalui bahasa dan pendidikan, dunia dapat dipersatukan dalam empati dan pengertian bersama. St

1

Related Posts

Privacy Preferences
When you visit our website, it may store information through your browser from specific services, usually in form of cookies. Here you can change your privacy preferences. Please note that blocking some types of cookies may impact your experience on our website and the services we offer.