SEMARANG (Jatengdaily.com) – Puluhan pelajar dan santri dari berbagai sekolah dan pesantren di Kota Semarang berkumpul di Kantor DPD RI Jawa Tengah, Selasa (5/8/2025), untuk menyuarakan tekad bersama: menolak narkoba dan menjadi pelopor perubahan.
Dalam suasana khidmat namun penuh semangat, mereka membubuhkan tanda tangan sebagai bentuk komitmen dalam Deklarasi Gerakan Antinarkoba Jawa Tengah.
Deklarasi ini dipimpin langsung oleh Ketua MUI Jawa Tengah, Dr KH Ahmad Darodji MSi, yang mengajak generasi muda untuk menjadi garda terdepan dalam upaya melindungi bangsa dari bahaya narkoba yang kian mengintai dari berbagai sisi kehidupan.
“Ini bukan sekadar seremoni. Ini adalah gerakan moral, spiritual, dan sosial yang harus ditanamkan sejak dini. Kami akan terus menggaungkan gerakan antinarkoba melalui berbagai saluran, termasuk khutbah Jumat di masjid-masjid, sosialisasi ke sekolah-sekolah, pesantren, dan juga akan kembali menggelar pemilihan Duta Antinarkoba,” tegas KH Darodji.
Tidak hanya itu, pihaknya juga tengah menjalin kerja sama dengan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah untuk memperluas jangkauan edukasi antinarkoba di lingkungan sekolah.
Koordinator DPD RI Jateng, Dr H Abdul Kholik, yang turut hadir dan memberikan sambutan, menyampaikan keprihatinannya atas maraknya kasus penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja.
“Narkoba bukan hanya soal hukum, tapi ini sudah menjadi krisis kemanusiaan. Maka dari itu, kami dari DPD RI Jateng sangat mendukung kolaborasi dengan Ganas Annar MUI Jateng, termasuk lewat kegiatan yang menyentuh langsung pelajar dan santri, seperti hari ini,” ujar Abdul Kholik.
Ia berharap gerakan ini bisa menyalakan kesadaran kolektif di tengah masyarakat. “Mari kita bukan hanya menjauhi, tapi juga menerangi jalan orang lain dari bahaya narkoba,” tambahnya.
Usai deklarasi, kegiatan dilanjutkan dengan Focus Group Discussion (FGD) bertema “Ancaman Nyata Narkoba terhadap Generasi Muda”. Hadir sebagai narasumber Dr KH Multazam Ahmad, Ketua Ganas Annar MUI Jateng, serta Dr H Eman Sulaeman MH, pakar hukum dan pengurus Ganas Annar dari UIN Walisongo. Diskusi ini dimoderatori oleh Isdiyanto Isman.
Dalam paparannya, KH Multazam Ahmad mengungkap bahwa narkoba kini hadir dalam bentuk-bentuk yang kian tersamar, seperti dalam rokok elektrik (vape) yang mengandung zat adiktif mematikan. “Kita menghadapi model baru dari bahaya lama. Ini bukan hanya ancaman moral, tapi sudah jadi bentuk penjajahan baru terhadap generasi kita,” tegasnya.
Sementara itu, Dr H Eman Sulaeman MH menyoroti sisi hukum dan medis dari narkoba. Ia menjelaskan bahwa beberapa jenis narkotika sejatinya memiliki fungsi penting dalam dunia medis dan penelitian.
“Tapi yang menjadi persoalan adalah penyalahgunaannya. Obatnya tidak salah, tapi penggunaannya yang salah. Akibatnya bisa fatal, menyasar siapa saja tanpa pandang bulu—remaja, aparat, bahkan kalangan terdidik,” ungkapnya.
Eman juga menambahkan bahwa saat ini perang terbesar bukan lagi soal senjata, tapi perang melawan narkoba. “Setiap hari ada korban. Bahkan, aparat pun ada yang terjerat. Kalau kita menemukan paket narkoba di jalan, jangan sentuh sembarangan. Segera laporkan atau musnahkan dengan prosedur yang benar,” pesannya kepada peserta.
Deklarasi dan FGD ini menjadi tonggak penting dalam upaya membangun kesadaran kolektif dan komitmen bersama melawan bahaya narkoba, terutama di kalangan muda. Suara pelajar dan santri yang bergema di Kantor DPD RI Jateng hari itu diharapkan menjadi gelombang besar perubahan yang akan menyebar ke seluruh penjuru Jawa Tengah. St