SEMARANG (Jatengdaily.com) – Malam itu, langit Semarang bersih tanpa awan, dan bulan purnama menggantung bulat sempurna di atas Menara Universitas Semarang (USM). Dari lantai 10 yang menjadi rooftop kampus, udara terasa sejuk, angin malam berhembus lembut membawa aroma kota. Di sinilah, Jumat malam (8/8/2025), puluhan tokoh negeri, akademisi, dan sahabat USM berkumpul dalam suasana hangat sekaligus khidmat, mengikuti Renungan Nasional menyongsong HUT Ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia.
Acara yang menjadi rangkaian Dies Natalis ke-38 USM ini mengangkat tema “Bersatu Padu Maju Negeriku”. Tak sekadar seremoni, malam itu menjadi ajang perenungan mendalam tentang perjalanan bangsa, kekuatan rakyat, dan makna kepemimpinan.
Dari layar besar yang terpasang di sisi panggung, Ketua Dewan Pers Prof. Komaruddin Hidayat, MA, PhD, hadir secara virtual. Ia membuka renungan dengan kisah inspiratif tentang Prof. Dr. Ir. Sedijatmo, sang penemu teknologi fondasi cakar ayam.
Ia bercerita, bagaimana pada awal 1960-an, Presiden Soekarno menugaskan Sedijatmo membangun tiang listrik bertegangan tinggi di atas rawa-rawa Ancol demi suksesnya Asian Games 1962. “Suatu sore, beliau duduk merenung di tepi pantai, melihat pohon kelapa bergoyang diterpa angin ke segala arah, tapi tak pernah roboh. Rahasianya ada pada akar-akarnya yang kecil, banyak, dan menghujam kuat ke tanah,” tutur Komaruddin. Dari situlah lahir ide cakar ayam yang kemudian diakui dunia.
Bagi Komaruddin, kisah itu bukan sekadar catatan sejarah teknik sipil. “Pemimpin sejati pun seperti itu—berakar pada rakyat. Hatimu, pikiranmu, langkahmu harus berpijak dari bawah. Kalau pemimpin merakyat, Indonesia kokoh. Tapi kalau jadi ‘Malin Kundang’ rakyat, ia akan rapuh,” pesannya.
Rektor USM, Dr. Supari ST, MT, yang malam itu menyambut para tamu dengan senyum hangat, menegaskan bahwa visi USM sejak awal adalah berkeindonesiaan. “Tri Dharma perguruan tinggi yang kami jalankan selalu untuk kemajuan negeri. Di usia ke-38, USM sudah meraih predikat ‘Unggul’. Bahkan baru saja mendapat izin membuka Program Studi Doktor Ilmu Manajemen,” ujarnya, disambut tepuk tangan hadirin.
Supari lalu mengibaratkan USM sebagai “jembatan masa depan” bagi mahasiswa. “Kalau di industri ada after sales service, di USM ada after graduation service. Setelah lulus, kami tetap memantau dan mengupayakan karier alumni,” tambahnya.
Malam renungan itu juga menjadi ajang syukur atas capaian akreditasi unggul dan izin penyelenggaraan program doktoral. Ketua Pembina Yayasan Alumni Undip, Prof. Dr. Sudharto P. Hadi, MES, PhD, menilai kehadiran berbagai tokoh lintas profesi malam itu—dari mantan menteri, rektor, akademisi, TNI, jaksa, hingga jurnalis—menunjukkan kekuatan jaringan dan solidaritas yang dimiliki USM.
Dukungan juga datang dari Rektor Undip, Prof. Dr. Suharnomo, SE, MSi, yang sekaligus Ketua Dewan Penasihat USM. Ia menegaskan komitmen Undip untuk terus menggandeng USM, salah satunya melalui program bergengsi Erasmus Project dari Uni Eropa. “Undip dan USM bisa jadi motor kolaborasi untuk membantu Jawa Tengah,” ujarnya.
Hadir pula nama-nama penting seperti mantan Menteri Pekerjaan Umum RI 2004–2014 Ir. Djoko Kirmanto DiplHE, Wakil Ketua DPRD Jateng Mohammad Saleh, serta jajaran pembina dan pengurus Yayasan Alumni Undip.
Di bawah cahaya bulan yang menyinari atap menara, renungan itu berakhir dengan rasa optimisme yang kental. Di wajah para tamu, terlihat campuran rasa syukur dan tekad. Malam itu, di jantung kota Semarang, USM mengirim pesan yang jelas: berakar pada rakyat, berjejaring lintas batas, dan terus maju memimpin perubahan demi negeri. St