Scroll Top

Bencana dan Muhasabah Kebangsaan

Oleh Ahmad Rofiq

PANDEMI Covid-19 sudah memasuki bulan ke-11, namun tanda-tanda selesainya, masih belum nampak. Persebaran yang positif terpapar masih tinggi dan cukup mencekam. Per-26/1/2021 di Jawa Tengah Total kasus yang terpapar 118 ribu, sembuh 76.706, meninggal dunia 5.130. Di seluruh Indonesia Total kasus 999 ribu, sembuh 809 ribu, dan meninggal dunia 28.132.

Data seluruh dunia, total kasus 100 juta, sembuh 55,3 juta, dan meninggal dunia 2,15 juta. Mencermati data di atas, ada pertanyaan besar, karena ada angka yang tidak muncul, jika di Jawa Tengah yang terpapar 118.000 dikurangi (yang sembuh 76.706+meninggal 5.130=81.836) = 36.164 yang berarti belum jelas. Demikian juga di seluruh Indonesia, total kasus 999.000- (sembuh 809.000+meninggal 28.132 = 837-132) = 161.868.

Di seluruh dunia 100.000.000 – (55.300.000+2.150.000=57.450.000)= 42.550.000. Kemungkinan angka di Jawa Tengah 36.164, Indonesia 161.868, dan seluruh dunia 42.550.000 masih dalam perawatan. Allah a’lam. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merilis sebanyak 2.925 bencana alam terjadi di Indonesia pada 2020, dan 370 Jiwa melayang. Belum lama selesai evakuasi kurban kecelakaan Sriwijaya Air (SR-182) di laut kepulauan Seribu yang menewaskan 62 orang, Laman id.times (17/1/2021) membuat headline cukup mengundang keprihatinan mendalam, “Baru 21 Hari di 2021, Indonesia Telah Dihajar 136 Bencana Alam”.

Bencana tersebut merenggut 80 jiwa, melukai 858 orang, dan 19 orang hilang, dan sebanyak 405.584 orang mengungsi. Detail rincinya, 26 bencana di Jawa Timur, 20 bencana di Jawa Tengah, Jawa Barat dan Aceh masing-masing 16 bencana, NTB dan Kalsel masing-masing 11 bencana, Kepulauan Riau 7 bencana, Kalbar 6 bencana, Sumbar 4 bencana, Babel dan Sulbar masing-masing 4 bencana, Sulsel 2 bencana, Kalut, Sulsra, Riau, Papua, serta Maluku masing-masing 1 bencana.

Paling banyak banjir 95 kejadian, tanah longsor 25 kejadian, puting beliung 12 kejadian, gempa bumi dan gelombang pasang masing-masing 2 kejadian. Korban lainnya 909 rumah rusak, 71 rusak berat, 60 rusak sedang, dan 778 rusak ringan. Terbesar adalah gempa Majene-Mamuju, dan banjir Kalimantan Selatan. Dalam perspektif teologis, musibah diturunkan oleh Allah adalah pertama, karena human error atau kesalahan manusia (QS. Asy-Syura (42): 30), kedua, musibah terjadi karena sudah ada catatannya di Lauhil Mahfudh (QS. Al-Hadid (57): 23); dan ketiga, musibah itu terjadi atas ijin Allah (QS. At-Taghabun (64): 11).

Allah menguji atau menurunkan bala’ kepada hamba-Nya, termasuk bangsa Indonesia, untuk menguji kesabaran dan penyadaran, apakah masih memiliki kesadaran bahwa mereka ini adalah milik Allah, dan pasti akan kembali kepada-Nya (QS. Al-Baqarah (2): 155-156). Para korban sungguh membutuhkan perhatian dan bantuan nyata pemerintah. Karena pemerintah sudah dibekali biaya oleh rakyat, melalui pajak.

Kalau sekiranya masih ada “oknum” pejabat, yang membidangi masalah sosial korban bencana, masih berniat dan beraksi melakukan pencitraan, masuk ke kolong-kolong jembatan yang hanya di wilayah DKI. Jabatan itu mewilayahi Indonesia, yang sangat timpang jika hanya dikapling di beberapa ruas jalan protokoler saja. Sementara mereka para kurban, pengungsi, yang hanya bisa membawa pakaian di badannya, masih diminta menunjukkan Kartu Keluarga (KK) yang sangat boleh jadi ikut terbawa banjir dan di bawah reruntuhan, — jika ini benar — sungguh hal tersebut merupakan bentuk arogansi dan kedzaliman yang luar biasa.

Karena itu, kiranya pandemi dan bencana yang bertubi-tubi, dapat menyadarkan kita semua bangsa dan khususnya para pemimpin bangsa ini. Vaksinasi dengan segala kontroversinya dijalankan, akan tetapi kurban bencana mendesak untuk ditangani, dan tidak bisa dibiarkan mereka terkatung-katung, sebelum dampak ikutan dari keterlambatan penanganan para warga terdampak bencana bermunculan. Kita perlu dan mendesak untuk melakukan muhasabah atau introspeksi kebangsaan, apakah jalannya bangsa ini sudah mengikuti rambu-rambu dan nilai-nilai yang dipandu oleh Allah, Tuhan Sang Pengatur alam raya ini.

“Masih ada waktu”, begitu kata Ebiet G. Ade. Allah ‘Azza wa Jalla mengingatkan: “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya” (QS. Al-A’raf (7): 96). Kiranya kita semua perlu membuka hati dan fikiran kita untuk merenung, bertanya pada diri kita, sudahkah berbuat adil dan menjalankan hukum dengan keadilan, ataukah kita merasa lebih nyaman, dalam menjalankan amanat yang kita emban, untuk memenuhi keinginan dan nafsu pribadi, kelompok tertentu, dan mengabaikan keadilan untuk semua rakyat Indonesia ini.

Mari kita meringankan beban mereka melalui donasi dan bantuan peduli korban bencana alam. Berbagai Lembaga/organisasi telah menggalang dana sosial untuk berbagi kepada mereka. Lebih dari itu bermujahadah, beristighatsah, dan mendekatkan diri kepada Allah dengan kerendahan hati (tawadlu’) dan ndepe-ndepe kepada-Nya, mohon diselamatkan dan dijauhkan dari berbagai bencana alam dan bencana akhlaq, demi terjaganya kebaikan, kemashlahatan, dan keselamatan bangsa ini, dengan limpahan keberkahan Allah Ta’ala.

Muhasabah dan bertaubat kepada Allah dilakukan secara bersama-sama atau berjamaah baik-baik saja, akan tetapi menurut KH Bahauddin Nursalim (Gus Baha’), yang terbaik sesungguhnya pertaubatan dan permohonan ampunan, dilakukan oleh para Ulama dan pemimpin bangs aini di saat-saat pagi sebelum fajar (sahur) (QS. Adz-Dzariyat (51): 18.

Mengapa, karena pada saat-saat seorang hamba sedang asyik ma’syuk di kesunyian fajar itulah, para malaikat yang memikul ‘’Arsy bertasbih memuji Tuhan mereka, mereka beriman, dan memohonkan ampunan kepada orang-orang yang beriman seraya mengucapkan: “Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nya”. (QS. Ghafir (40): 7).

Semoga Allah ‘Azza wa Jalla menghentikan berbagai bencana, pandemi, dan segala macam penyakit yang menimpa bangsa ini, khususnya saudara-saudara kita yang terdampak kurban bencana. Hasbuna Allah wa ni’ma l-wakil ni’ma l-maula wa ni’man n-nashir. Laa haula walaa quwwata illaa biLlaahi l-‘aliyyi l-‘adhim.

Prof. Dr. Ahmad Rofiq, MA. Guru Besar Hukum Islam Pascasarjana UIN Walisongo Semarang, Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Jawa Tengah, Direktur LPPOM-MUI Jawa Tengah, Anggota Dewan Pakar Masyarajat Ekonomi Syariah (MES) Pusat, Anggota Dewan Penasehat Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia (IAEI) Pusat, dan Ketua DPS Rumah Sakit Islam (RSI) Sultan Agung (SA) Semarang. Jatengdaily.com–st

Related Posts

Leave a comment

Privacy Preferences
When you visit our website, it may store information through your browser from specific services, usually in form of cookies. Here you can change your privacy preferences. Please note that blocking some types of cookies may impact your experience on our website and the services we offer.